(REVIEW BOOK ) Bicara Itu Ada Seninya





Judul                            : BICARA ITU ADA SENINYA: Rahasia Komunikasi Yang Efektif
Judul Asli                     : The Secret Habits To Master Your Art Of Speaking
Pengarang                   : Oh Su Hyang
Jumlah halaman         : 238 Halaman
Tanggal terbit             : Cetakan Keenam, Januari 2019
Penerbit                      : Bhuana Ilmu Populer  (BIP) Kelompok Gramedia

Buku ini bukan termasuk genre buku yang sering kubaca, biasanya motivasi islami selalu menjadi deret bacaan yang tak tertandingi. Baik mengenai muslimah, hijrah, novel islami ataupun buku nonfiksi lainnya yang selalu memberikan rujukan dalil Alquran ataupun hadits, karena yang kupahami bahwa “Pribadi seseorang tergantung bacaan yang sering ia baca.” Maka dari itu untuk memenuhi kehausan ilmu agama, buku islami adalah bacaan terbaik dan diutamakan. Tapi, kali ini aku mencoba membuka hati untuk menambah wawasan dengan mengambil bacaan yang berbeda.
Sejujurnya tak ada niat untuk membaca buku ini, hanya saja setelah mencari-cari buku untuk dibaca dalam rangka menjawab tantangan reading challenge ODOP  pada pekan pertama. Aku tertarik melihat buku yang dibeli oleh teman sekantor, memang ya rumput tetangga itu terasa lebih hijau (ketika pepatah sudah berbicara). Padahal aku pun sudah membeli buku baru yang belum selesai dibaca.

"Membaca tak harus punya buku, hasil pinjam pun bisa"


Dari judulnya saja, telah kita ketahui bahwa buku ini termasuk buku nonfiksi yang akan memberikan tips-tips dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tak hanya musik dan drama pun yang memiliki seni, bicara pun ada seninya. Sudah tahukah kamu seni dalam berbicara? Ataukah kamu hanya asal bicara? Yuk, intip bocoran isinya di bawah ini.

Buku ini terdiri dari lima bab yaitu:
Bab 1 (Perbedaan Juara 1 dan Juara 2 Terletak Pada Ucapannya)
Pertemuan pertama merupakan kesan yang sulit dilupakan, apalagi kalau cinta pertama hehhheee.... Disini mengungkapkan penyebab dari sulitnya memulai bicara, ketakutan akan penolakan, ataupun perkataan yang mungkin salah terucap yang akan menjadi bumerang kepada diri sendiri. 


Bab 2 (Pintar Mendengar, Pandai Berbicara) 
Bicara selalu mempertemukan dua orang atau lebih, meski hanya lewat tayangan televisi atau lewat siaran radio. Aktivitas bicara tak kan pernah lepas dengan namanya pendengar. Seorang presenter yang bicara di depan umum dianggap baik ketika banyak pendengar yang nyaman dan senang mendengarkan pembicaraanya. Seorang aktris yang memainkan drama akan terlihat penghayatannya jika penonton juga mendengarkan cara bicaranya saat berakting dan banyak contoh lain yang sering kita lalui dalam kehidupan sehari-hari. Pada bab ini kamu diajak untuk menjadi pendengar yang baik karena pembicara yang baik itu selayaknya juga menjadi pendengar yang baik.

Bab 3 (Ucapan yang Membuat Lawan Bicara Memihak Kita)
Perdebatan merupakan kegiatan yang seringnya muncul ketika dua orang atau lebiih memiliki pendapat yang berbeda. Seperti dalam dunia pemerintaha, kita akan disuguhkan dengan pertarungan politik antara dua kubu yang berbeda dengan gaya bicara masing-masing untuk memengaruhi rakyat untuk memihak kepadanya. 

Bab 4 (Beratnya Ucapan Ditentukan oleh Dalamnya Isi)
Teko yang berisi air susu maka air yang keluar pun susu. Begitu pula dalam hal bicara, apa yang kita baca dan kita dengar akan memengaruhi setiap perkataan yang keluar dari mulut. Ayo temukan seninya disini. 

Bab 5 (Suara Bagus Bukan Bawaan dari Lahir)
Pada bab terakhir penulis mengajak pembaca untuk berfikir bahwa suara yang bagus dapat dilatih terus menerus sehingga menjadi baik. Berbeda dengan pendapat kebanyakan orang yang beranggapan bahwa suara bagus sudah ketentuan dari lahir. Pada bab ini penulis menceritakan beberapa tokoh-tokoh korea yang menginspirasi.

Pemaparan di atas hanyalah sedikit hal yang bisa saya bagikan, yang pastinya buku ini memberikan banyak ilmu yang mungkin selama ini dicari oleh orang yang sulit berkomunikasi. Beberapa kutipan  yang menyangkut seni bicara langsung dipaparkan penulis dalam setiap paragraf yang terkait. Bahasa ringan yang disajikan membuatku hanya dua hari saja untuk menyelesaikannya. Namun, seperti buku-buku nonfiksi lainnya, bagiku membaca sekali tak cukup untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

Karena ini buku terjemahan, tentunya ada beberapa hal yang mungkin tak cocok bagi kalian yang selalu membaca buku anak negeri. Maka mengambil yang baik dan membuang yang buruk adalah sikap yang paling tepat dilakukan setelah membaca buku ini. 
Happy reading....



#PekanPertama

You Might Also Like

4 komentar

  1. "Membaca tak harus punya buku, hasil pinjam pun bisa"


    Merujuk kalimat ini, bolehkah aku meminjamnya ?? 😂😂

    BalasHapus
  2. Buat introvert sepertiku mungkin cocok kali ya? Pernah pengen pinjem punya temen, tapi gak dibolehin karena belum dibaca sama dia haha

    BalasHapus
  3. Dari judulnya sudah menarik. Sepertinya harus punya nih. Note dulu deh.. hihihi. Terima kasih atas resensinya ya Mba.

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar