Pemutus Nikmat Sementara



Ada satu masa ketika tubuh merasakan perasaan yang tidak mengenakkan. Kepala berputar mengelilingi seisi rumah. Hati risau menanti sebuah pencerahan. Kesabaran pun sulit untuk dipertahankan. Ketika mata tak lagi memandang cerah dunia, kaki melangkah tetatih-tatih. Rasa manis, asin, dan pahit melebur menjadi satu rasa yaitu hambar. Begitulah sakit yang menjadi pemutus nikmat sementara.

Dengan sakit, seseorang diajarkan untuk memanfaatkan waktu sehat dengan sebaik-baiknya. Merenungi setiap kesalahan yang pernah diperbuat. Menyelami hikmah dari sakit yang sedang dijalani. Menjadikan sabar selalu hadir dalam setiap kesempatan. Mengingatkan bahwa kesehatan dan kejayaan tidaklah abadi. Ada masa nikmat yang sedang dirasakan diambil oleh pemiliknya yaitu Allah Swt.
Siapa yang tidak pernah merasakannya?

Pastinya setiap orang pernah merasakannya, meski hanya sakit kepala sedikit. Ada dua kemungknan sakit menyerang yaitu dari kesalahan sendiri dan ujian takdir.
Sakit yang disebabkan dengan kesalahan sendiri contohnya lalai dalam menjaga kesehatan seperti mengonsumsi makanan yang tidak sehat, olahraga jarang, tubuh tidak digerakkan untuk beraktifitas, tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Maka virus-virus penyakit akan lebih mudah untuk bersarang ke dalam tubuh yang tak terurus dan imunitas rendah.

Sakit karena takdir contohnya kecacatan seperti kaki yang tak sempurna, mata dan telinga yang disimpan Allah, sakit keturunan yang dibawa oleh ibu atau ayahnya. Sakit ini adalah keadaan spesial yang dianugrahkan Allah kepada mereka yang sanggup menjalaninya. Bukan sekadar menjalani tetapi mengubah kekurangan tersebut menjadi kesempatan yang luar biasa untuk masa depannya. Tentunya, kita sering mendengar kisah sukses orang-orang yang kekurangan tetapi memiliki pencapaian melebih manusia normal.

Salah satu contohnya adalah seorang tuna netra yang mampu menghafal Alquran. Dengan segala keterbatasan yang ia miliki tak menghilangkan semangat apalagi berputus asa dalam menjalani hidup. Proses menghafalnya pun lebih mudah karena kedua matanya tak pernah tersentuh dengan dosa memandang hal yang tak seharusnya. Matanya suci dan murni dari tumpukan dosa orang yang mampu melihat dunia ini. Sungguh Allah maha adil tehadap hamba-hambaNya.

Pemutus nikmat sementara bisa menjadi keberkahan bagi mereka yang mendapatkannya dari awal kehidupan. Sebaliknya, mereka yang terbiasa dalam nikmat  sempurna kemungkinan besar sulit untuk menerima ketetapan yang dirasa secara tiba-tiba. Dibutuhkan proses panjang dalam memahami keadaan itu semua. Dan ada satu hal yang harus diingat bahwa sakit dapat menggugurkan dosa, tentunya untuk mereka yang sabar dalam menyikapinya dan tetap bersyukur serta usaha yang diiringi keyakinan bahwa kesembuhan itu pasti datang.


#onedayonepost
#30harimenulis
#day15
#latepost

You Might Also Like

2 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar