Terperangkap dalam Doa yg salah


Aku adalah Gavi,  anak kecil yang berumur 8 tahun,  aku sekarang duduk dikelas 2 SD...  Tidak seperti kebanyakan anak-anak yang lain yang suka bermain tanpa kenal waktu. Aku sangat berbeda, aku sangat tidak suka bermain2 dan  aku menjadi idola bagi teman2ku karena kecerdasanku melebihi batas mereka, alhasil akulah yg selalu jadi juara kelas tiap semesternya.  Namun aku tidak suka dengan prestasi ini, karena aku sudah curang,  bersaing dengan anak2 yg lebih pantas menjadi muridku. Sebab aku adalah lelaki dewasa yang terperangkap dalam tubuh anak kecil.

Dua tahun sudah aku jalani hari-hariku sebagai anak -anak. Bermain, sekolah, bermain lagi. Waktuku hanya habis dalam kesia-siaan.  Apa yang pernah aku pelajari 20 tahun yang lalu harus aku ulang kembali dan aku tidak tahu,  sampai kapan hal ini harus aku jalani. Karena sejak doa yang tidak sengaja aku panjatkan di saat umurku tepat 28 tahun.  "Ya Tuhan, kembalikan aku ke usia anak-anak!!" bibirku bergumam.  Doa yg mustahil terkabul itu malah menjadi musuh bagi diriku sendiri disaat bangun dipagi hari,  aku sudah seperti anak SD yang masih ngompol saat tidur.

Bukan tidak ada alasan aku berdoa,  aku yang saat itu mengalami banyak sekali masalah dan hampir membuat aku putus asa serta mencoba mengambil jalan pintas agar masalah itu hilang bersama musnahnya jasadku didalam tanah. Kedua orang tuaku pergi sebelum aku memberikan mereka seorang menantu yang sangat baik, juga usaha yang selama ini dibangun oleh mereka dilahap habis oleh  paman dan bibi selepas kepergian mereka. Lalu dilanjutkan oleh tunanganku yang pergi bersama pria lain hanya karena aku tidak lagi kaya seperti dulu. Aku lunglai dan lemah,  episode hidupku bahkan hancur sebelum episode terakhir terekam.

Itulah kisahku sebelum aku menjadi anak-anak disebuah panti asuhan "cahaya hati" yang sudah aku jalani selama 2 tahun belakangan ini. 730 hari bukanlah waktu singkat untuk aku menjadi orang lain.  Menjadi orang dewasa yg terperangkap dalam tubuh anak kecil. Doa yang terkabul itu bukan membuat aku lebih bersyukur namun sekarang menjadi bumerang untukku. Betapa tidak, aku yang dulu mampu melakukan banyak hal malah menjadi anak imut yg selalu tersenyum pada semua orang dan juga keterbatasan dalam mengemukakan pendapat karena pendapat anak kecil hanya dianggap udara, tidak pernah dianggap meski selalu dirasakan dan bermanfaat bagi sekitarnya.

Hari ini tepat 2 tahun itu berlalu,  aku selalu memanjatkan doa agar aku kembali ke masaku sebenarnya, tapi hal itu sia-sia karena tidak ada tanda-tanda kalau aku akan kembali kekehidupan semula. Tahun terus berganti dan umurku mulai bertambah hingga aku mencapai umur 28 tahun lagi. Namun doa itu terus aku panjatkan, aku sama sekali tidak menyadari kalau doaku telah terkabul seiring berjalannya waktu.

*mencoba menulis cerpen tapi hasilnya begini, seperti sinopsis.
Semoga bermanfaat,  semoga dapat diambil hikmahnya:
1. Apapun masalah dalam hidup ini, sebesar apapun itu maka tetaplah bersyukur.
2. Dalam hal berkata,  berucaplah hal-hal yang baik karena ucapan itu dapat menjadi doa yang bisa saja terkabul tanpa kita sadari.
3. Berdoalah untuk setiap impian yg dimiliki karena seiring berjalannya waktu maka doa itupun akan terkabul.
4. Jadilah manusia yg sesuai umur,  jangan jadi orang dewasa yg bersifat seperti anak kecil begitupun sebaliknya karena menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah suatu keadilan yg tidak bisa dipungkiri oleh kebenaran manapun.

#pekan1ODOP
#DAY1
@gudesmaa21

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar