Hapus Kebuntuan dengan Menulis Puisi



Aku writer block, aku bingung, aku lagi bad mood, dan alasan lainnya. Hal ini membuat seseorang yang niat awalnya ingin membiasakan menulis setiap hari akhirnya lepas dari kebiasaan tersebut. Ia terpedaya dalam pikiran negatif dan keadaan yang sedang menimpanya. Dalam situasi ini, set*n dengan mudahnya masuk melalui bisikan mautnya agar anak cucu adam berhenti menulis. Si S takut kalau-kalau tulisan Si M jadi viral dan membuat beberapa orang tersadar akan tulisannya tersebut. Hal ini membuat pekerjaannya semakin sulit karena anggota pengikutnya semakin berkurang semenjak Si M mulai menulis dan menyebarkannya melalui media sosial.
Begitulah Si S, ia selalu mengintai dari tempat tersebumnyi yang tak pernah diketahui oleh Si M tetapi bisikan mautnya sering melumpuhkan. Oleh karena itu dibutuhkan tempat charge yang kuat agar ketika semangat mulai melemah dan niat kembali tipis menjadi stabil dan kembali ke angka seratus persen lagi. Banyak cara untuk mencharge semangat menulis agar menggebu-gebu lagi. Salah satunya adalah tetap menulis. Tetap menulis disini dalam artian torehkan saja kata-kata yang sedang ada dalam pikiran semisal puisi.

Puisi, tulisan jenis inilah yang sering saya lakukan saat bosan atau tidak tahu mau menulis apa. Meskipun puisi yang dihasilkan tak sebagus dan sebaik mereka yang ahli tetapi setidaknya dengan merangkai kata demi kata membentuk beberapa baris lalu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan dan akhirnya melahirkan sebuah puisi yang bisa dibagi ke dalam blog pribadi atau disimpan dalam catatan harian. Writerblock yang aku alami otomatis hilang dengan sendirinya, itupun tanpa aku sadari sebelumnya. 

Puisi yang dihasilkan tersebut dapat menjadi bahan ide untuk tulisan selanjutnya, karena puisi yang singkat dan memiliki makna itu dapat dipecah atau dijabarkan lagi menjadi bentuk tulisan-tulisan lainnya semisal cerpen atau artikel. Namun, waktu yang dibutuhkan justru lebih lama dan harus dalam konsentrasi yang baik. 

Dalam menuliskan puisi memungkinkan kamu untuk jujur pada diri sendiri, curahkan semua perasaan yang sedang dirasakan. Apakah sedih, bahagia, kecewa, atau suasana lingkungan sekitar yang sedang dipandang dengan tatapan kosong. Buang jauh-jauh alasan aku sedang writer block, karena itu hanya alasan dan pembenaran dari sebuah kemalasan yang sedang dinikmati.

Waduh, rasa-rasanya aku kembali menasehati diri sendiri. Dengan dalih besok bisa dirapel, kemarin aku telah mencurangi tantangan 30 hari menulis yang seharusnya diikuti full tanpa rapelan. Kayaknya setelah berhutang tulisan hanya untuk satu hari saja, aku terbiasa untuk berhutang dan merapel di hari berikutnya. 

Apakah kita sama? Tantangan dan niat awal yang sudah tertanam dalam benak sebaiknya direalisasikan dengan sebenarnya dan selayaknya untuk membuang jauh-jauh kata “besok bisa dirapel” karena hidup kita hari ini, dan besok itu masa yang masih rahasia serta tidak bisa diprediksi. Selagi mempunyai waktu hari ini, maka kerjakanlah hari ini meskipun hanya sebait puisi.

Contohnya seperti puisi yg bisa dibuat saat lagi writer block di bawah ini. 

"Aku terus berbicara
Dalam sidik jari yang tertekan
Melalui keyboard yg mentransfernya ke jendela kotak
Merangkai kata membentuk sebuah karya
Diproses dalam dunia tak nyata
Menyebar menebarkan virus kebajikan
Walau tak tahu apakai sampai
Dari sebuah pikiran yang sedang goyah"

Tulisan untuk hari ke-2 di tantangan menulis 30 hari di kelas fiksi ODOP Batch4, oleh karena itu saya menghukum diri saya sendiri dengan istighfar sebanyak-banyaknya hari ini dan membuat dua tulisan. Semoga tak terulang lagi, minimal menerbitkan sebuah puisi ala-ala.
Kamu bagaimana?

Si S  : S*tan
Si M : Manusia

#30harimenulis
#Onedayonepost
#nonfiksi
#Postem
#hari2dihariketiga
#tetapsemangat
#abaikanpikirannegatif
#yangpentingnulisdulu
#bangunpikiranpositif

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar