Cegah LGBT Melalui Pendidikan Keluarga


Jika sebelumnya pemberitaan yang menyita perhatian publik tentang LGBT adalah Penolakan MK dalam uji materi Pasal 284, KUHP tentang perzinahan, pasal 285 tentang perkosaan dan pasal 292 tentang pencabulan anak menjadi pro dan kontra dalam masyarakat luas. Terlebih keputusan yang diambil berdasarkan atas polling sembilan hakim. Yang mana empat hakim menolak dan lima hakim menerima.

Kali ini, masih mengenai LGBT. Dalam sebuah buku yang diperuntukkan kepada anak Balita yang masih belum berdosa dan fitrah. Ditemukan konten LGBT pada salah satu lembar buku tersebut. Sangat disayangkan, hal yang sangat rentan dan sempat diajukan Ke MK malah kembali ke permukaan dengan menyamarkannya lewat lembaran buku yang mungkin saja tak disadari orangtua bila tidak teliti dalam memeriksa bacaan untuk buah hatinya.

Buku yang saya maksud itu berjudul Balita Langsung Lancar Membaca dengan metode BSB (Bermain Sambil belajar). Dalam salah satu halaman diduga kuat mengandung konten LGBT seperti "Opa bisa jadi waria”, “Fafa merasa dia wanita”, dan “Ada waria suka wanita" (m. liputan6.com). Beberapa kalimat itu akan mudah merasuki balita yang baru belajar membaca. Sehingga ketika beranjak remaja, si anak akan menganggap bahwa menyukai atau mencintai sejenis adalah hal yang biasa dan diperbolehkan. Padahal tidak ada agama manapun yang mendukung LGBT.


Selain membaca bacaan seperti itu, prilaku orangtua dalam mendidik anaknya juga berperan penting. Misalnya saja ada kasus orangtua yang sangat mengharapkan anak yang lahir adalah seorang perempuan, tetapi kenyataan berkata bahwa anak yang lahir adalah laki-laki. Namun, karena terlanjur sangat meinginginkan anak perempuan maka orangtua tersebut medidik anaknya seperti anak perempuan pada umumnya, sehingga jiwa laki-laki pada anak tersebut mulai memudar dan kemungkinan besar jiwa dan sikap perempuan terus menggerogotinya dan akhirnya orang yang ia sukai pun adalah seorang perempuan yang notabene adalah sejenis dengan dirinya sendiri. Begitu juga sebaliknya.

Maka sebagai orangtua yang bijak dan bersyukur kepada Tuhan seharusnya mendidik anak sesuai jenis kelamin yang ia miliki. Selain itu, perlu diajarkan bahwa manusia hanya terdiri dari dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan  Sedangkan jenis yang lainnya adalah hal menyimpang yang sebaiknya dihindari agar tidak menimbulkan dampak negatif di kemudian hari.

Selain faktor keluarga, faktor lingkungan juga berperan. Oleh karena itu pengawasan dan penjagaan lingkungan bermain anak perlu diperhatikan. Siapa saja teman-teman sepermainan anak. Apakah yang sering dilakukan oleh mereka. Dan hal-hal lainnya. Jadi, sebagai orangtua sebaiknya mengenal siapa saja yang menjadi teman atau sahabat anak agar anak tidak terjerumus ke dalam hal negatif. Dan tentunya didukung dengan pemahaman agama yang kuat. Karena jika pemahaman agama dan prinsip anak sudah kuat dan terbentuk maka saat ia mengalami goncangan dan godaan di sekitar, ia akan berfikir beribu-ribu kali untuk jatuh ke dalam keburukan. Selanjutnya jika semuanya telah dilakukan maka teruslah berdoa demi keselamatan anak karena doa adalah senjata utama yang harus selalu ada.

Memang LGBT itu apa?

LGBT adalah akronim dari Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender. Lesbi adalah Perempuan yang suka/cinta dengan sesama perempuan. Lalu Gay adalah Laki-laki yang suka/cinta kepada sesama lelaki.  Kemudian Biseksual adalah Laki-laki atau perempuan yang menyukai dua jenis yaitu perempuan dan laki-laki. Dan Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender yang berbeda dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir (Wikipedia), contoh kasus ini seperti pola pendidikan seperti yang telah saya jabarkan diatas.

Kita harus sepakat bahwa hanya ada dua jenis kelamin yang ada yaitu laki-laki dan perempuan. Sedangkan mereka yang sedang tersesat hendaklah tidak dihakimi tetapi diberikan pengertian dan pemahaman bahwa keadaan yang ada pada dirinya adalah sesuatu yang harus dikembalikan ke fitrahnya yaitu asal -usulnya. Laki-laki atau perempuan.

Sumber gambar : m.liputan6.com


#TantanganViral
#OneDayOnePost
#NonFiksi

You Might Also Like

1 komentar

  1. Saya miris dengann buku anak dengan konten LBGT. Seakan-akan perilaku mereka adalah sebuah kewajaran

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar