Transportasi Andalan Mahasiswa Unsri dan Kebiasaan Sopirnya

Sumber gambar: palembang.tribunnews.com

Transportasi sudah menjadi sesuatu yang wajib untuk mempermudah dalam melakukan aktivitas di luar ruangan. Ia Merupakan alat yang memudahkan seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu singkat.


Transportasi memilki dua jenis yaitu pribadi dan umum. Transportasi pribadi ialah transportasi milik sendiri yang  bisa digunakan kapan saja dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ke luar rumah seperti ke sekolah, kampus, tempat kerja dan tempat-tempat tujuan lainnya. Namun, transportasi ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang mampu memilikinya. Tetap tak jarang, ada yang rela berhutang untuk memenuhinya. Karena di era sekarang alat transportasi bukan hanya sebagai media untuk mengantarkan ke tempat tujuan tetapi juga dijadikan sebagai gaya hidup yang harus dipenuhi agar terlihat mapan di depan orang.

Kemudian, ada transportasi umum yang yang tetap menjadi primadona di semua kalangan. Semua masyarakat bisa menikmatinya asal mampu membayar sejumlah uang sebagai ongkos perjalanan. Inilah alternatif yang selalu dimanfaatkan masyarakat untuk berpergian kemana saja yang diinginkan. Hanya saja sebagai penumpang, seseorang harus menunjukkan sikap peduli sosial agar perjalanan lebih nyaman.

Angkot atau angkutan kota merupakan transportasi umum yang digemari oleh masyarakat karena harganya relatif murah dan dapat mengantarkan ke tempat tujuan. Khususnya bagi mahasiswa perantauan. Salah satu angkot yang ingin saya tuliskan adalah angkot yang beredar di wilayah sekitar UNSRI (Universitas Sriwijaya) Indralaya. Setiap hari si angkot kuning silih berganti keluar masuk gerbang kampus untuk mengantarkan para mahasiswa untuk menuntut ilmu.

Angkot kuning, begitulah kami menyebutnya karena warna body angkot itu juga berwarna kuning. Sama seperti angkot-angkot di kota besar yang memilki jurusan masing-masing. Hanya saja, jika di kota angkot tiap jurusan dibedakan dengan warnanya. Sedangkan angkot di indralaya hanya memiliki satu warna yaitu kuning padahal mereka mempunyai jurusan yang berbeda. Jadi, ketika kita mau menaikinya harus bertanya sama sopir agar tidak tersesat dan kemungkinan bisa diturunkan di jalanan.

Seperti saat pertama kali saya pulang dari kampus. Saya menaiki angkot bersama teman. Namun setelah beberapa saat sopir menurunkan semua penumpang dan mengatakan bahwa dia hanya mengantarkan sampai di timbangan (salah satu wilayah di Indralaya) saja sehingga saya diturunkan karena rute angkot tersebut tidak melewati tempat tujuan saya yaitu arah menuju pasar indralaya. Untung saja saat itu saya bersama teman sehingga singgah ke kosan teman untuk istirahat sebentar lalu melanjutkan kembali dengan angkot yang benar. Hal itu terjadi karena saya naik tanpa bertanya. Dan hal itu menjadi pelajari kalau mau naik angkot harus bertanya agar tidak tersesat dan diturunkan di jalanan.

Selanjutnya, dibalik kebodohan saya di awal-awal masuk kuliah. Angkot tetap memiliki tempat tersendiri di hati karena telah setia menemani masa-masa perjuangan dalam menuntut ilmu.

Dan inilah beberapa kebiasaan yang pasti pernah dialami oleh mahasiswa atau alumni UNSRI yang menjadikan angkot sebagai sarana transportasi utamanya.

1. Angkot Ngetem
Ngetem sudah menjadi kebiasaan mamang angkot yang ingin rezekinya lancar atau lebih karena kalau mereka hanya mengangkut beberapa orang maka penghasilan pun berkurang. Hal ini seringkali membuat saya atau mahasiswa lainnya bosan dan jengkel apalagi kalo sedang buru-buru masuk kelas. Dan seringkali mamang angkot memilih ngetem sampai angkotnya terisi penuh. Sehingga tak jarang saya atau mahasiswa yang terburu-buru menuju kampus lebih memilih untuk mencari angkot lain yang langsung jalan.

2. Menurunkan penumpang
Adakalanya saya menaiki angkot yang sepi penumpang dan bisa dibilang hanya saya sendiri. Mungkin karena kepagian pergi ke kampus atau pulang kesorean dari kampus. Dan saat penumpangnya saya sendiri, saya pernah diturunkan oleh mamang angkot  di tengah jalan. Namun, ada beberapa sopir yang berhati baik sehingga saya dioper ke angkot lainnya. Selain itu, saya pernah terharu kepada mamang angkot yang dengan ikhlas dan rela mengantarkan saya sendiri ke kampus. Saat itulah timbul rasa kasihan karena penumpangnya hanya saya sendiri. Dari hal ini saya belajar bahwa setiap sopir angkot berbeda satu sama lain.

3. Keliling untuk mencari penumpang
Timbangan adalah nama suatu tempat yang sangat familiar jika kamu berada di indralaya. Nah tempat inilah yang selalu dijadikan tempat keliling mencari penumpang oleh sopir angkot sehingga penumpang dari pasar layo menuju kampus harus rela berlama lama di angkot menikmati suasana lalu lintas indralaya di pagi atau petang hari. Hal ini lagi-lagi dengan alasan penumpang yang sepi. Padahal tersedia jalan nusantara yang merupakan jalan tercepat menuju kampus. Namun, jiika tidak mau diajak keliling oleh mamang angkot maka sebaiknya memilih kosan di timbangan atau di jalan nusantara sehingga kebiasaan keliling dan membuat terlambat kuliah bisa dihindari.

Baiklah sedikit ulasan tentang angkot kuning yang telah berjasa dan memberikan saya banyak kenangan dalam kesabaran, menghargai dan peduli sesama. Apapun kekurangan atau kebiasaan yang dilakukan oleh mamang angkot adalah caranya untuk menjemput rezeki demi menghidupi keluarganya. Sebagai penumpang seharusnya lebih mengerti atas keadaan mereka.

Semoga semakin banyak sopir yang tak hanya mementingkan diri sendiri tetapi memikirkan kenyamanan penumpangnya.


#nonfiksi
#onedayonepost
#TantanganReviewTransportasi

@gudesma_arin

You Might Also Like

4 komentar

  1. Saat kuliah, transportasi favorit saya adalah "jalan kaki", hahhah. Karena kampus dekat sekali dengan rumah.

    BalasHapus
  2. Saya masih merasakan kenyamanan saat menggunakan jasa angkutan umum seperti ini. Terlepas dari informasi negatif tentangnya

    BalasHapus
  3. Bu Irai: Subhanallah bu. Jalan kaki lebih sehat ya.

    Mb Zila : Alhamdulillah, setuju. Dibalik kenegatifannya tetap memiliki tempat tersendiri karena sudah berjasa dalam menunjang aktivitas.

    BalasHapus
  4. Paling ngga suka kalau diturunkan di tengah jalan. Supir yang begitu buat ilfil. Jika orang luar yang naik apa ngga binging kan. Semoga supir juga lbh bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Mengantarkan penumpang sampai tujuan

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar