Menanggapi Kembalinya Wiro Sableng

                                     Sumber gambar: wartakota. tribunnews. com

Hari ini saya iseng-iseng buka twitter untuk mencari berita yang sedang viral. Hasilnya Wiro Sableng berada di urutan pertama trending topik. Karena penasaran saya langsung klik dan menemukan sebuah fakta bahwa wiro sableng masuk bioskop. Eh, salah. Maksudnya teasernya yang sudah beredar di bioskop, untuk film full nya akan ditayangkan tahun 2018. Wiro Sableng yang sangat terkenal di zamannya kini kembali hadir menyapa masyarakat Indonesia dengan kemasan baru yang diperankan oleh aktor tampan Vino G. Bastian.


Wiro Sableng menjadi karya yang sekian kalinya diangkat dari novel dan sinetron zaman dulu. Setelah Warkop DKI yang sukses menghibur masyarkat baik mereka yang nostalgia ataupun pemuda zaman now yang baru pertama kali menontonnya. Tak hanya layar kaca bioskop yang dipenuhi oleh film-film lawas yang dibangkitkan kembali dengan nuansa baru. Sinetron-sinetron televisi pun melakukan hal yang sama. Sepertinya karya-karya terdahulu masih menjadi magnet dan takkan lekang oleh zaman. Semoga fenomena ini tidak menurunkan kreatifitas para pegiat seni untuk menghasilkan karya yang baru, unik dan mendidik.

Wiro sableng adalah sebuah novel terkenal yang ditulis oleh Bastian Tito. Novel ini diterbitkan perdana pada tahun 1967 kemudian diangkat menjadi sinetron. 1967 adalah tahun dimana saya belum berada di bumi. Entah saya lagi dimana saat itu. Namun, zaman kecilku pun masih mendengar yang namanya wiro sableng. Yang paling saya ingat adalah kapaknya wiro sableng 212. Angka tersebut kebetulan sama dengan tanggal lahirku. Jadi mudah sekali untuk saya mengingatnya.

Dilain pihak. Bila kita amati, fenomena seperti ini juga dialami oleh film Habibi Ainun yang menyita perhatian masyarakat hingga mencapai dua juta penonton. Film Habibie Ainun yang rilis tahun 2012 sukses membuat produser film melirik tokoh-tokoh terkenal untuk difilmkan juga. Contohnya Soekarno (2013),  Jokowi (2013), Athirah (2016), Kartini (2017), dan yang baru dirilis adalah Crisye (2018). Hal ini membuktikan bahwa karya yang menjadi sejarah dan laku di pasaran selalu diikuti oleh karya lain yang sejenisnya. Namun, Film Habibi-Ainun masih menjadi tempat teratas dibandingkan film-film setelahnya.

Film yang bukan hanya fiksi tetapi cerita yang diangkat dari kisah nyata tokoh tersebut baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal. Sampai hari ini pun, kisah seseorang yang dijadikan bacaan atau tontonan selalu menjadi magnet tersendiri bagi setiap penikmat seni. Karena kisah nyata lebih menggambarkan ketulusan karya yang hadir dari seorang penulis. Meski hasil karya tak sepenuhnya 100 % kisah nyata, selalu ada bumbu-bumbu penyedap yang ditaburkan agar pesan dan drama yang ditampilkan mampu menghipnotis setiap yang melihat.

Untuk beberapa film lawas yang diangkat kembali. Ada satu pertanyaan yang sepertinya menjadi pertanyaan banyak pihak terutama saya yaitu kenapa harus diangkat kembali, apakah tidak ada karya baru yang bisa dijadikan film layar lebar. Atau hanya ikut-ikutan karena ingin mendulang suksesnya beberapa film yang diangkat kembali contohnya saja Warkop DKI reborn. Namun, apapun alasannya. Film lawas yang diproduksi kembali telah membuat pemuda zaman old bernostalgia dengan tontonan  tersebut dan pemuda zaman now dapat menikmati karya orang-orang yang terdahulu yang mungkin sudah tidak berada di dunia ini lagi. Tetapi karyanya tetap abadi tanpa digerus oleh zaman.

Namun, fenomena ini hendaknya tidak terus-menerus terjadi karena akan menimbulkan efek yang tidak baik yaitu menumpulkan kreatifitas para penulis dan pegiat seni zaman now. Padahal pemuda zaman now berpotensi melahirkan karya-karya yang lebih fenomenal dan tentunya tak akan tergerus zaman. Dan memberikan manfaat kepada semua yang menikmatinya. Tak hanya sebagai hiburan tetapi dapat mengambil hikmah dari setiap apa yang ditonton atau yang dibaca.


#Viral
#TantanganViral
#OneDayOnePost
#NonFiksi

@gudesma_arin

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar