Kisah Tempayan Retak



Disalah satu daerah di belahan bumi di bawah langit. Hiduplah seorang lelaki yang berprofesi sebagai tukang air. Setiap hari ia membawa dua tempayan yang digendongnya di kedua bahu kiri dan kanannya. Satu tempayan retak dan satunya utuh. Tempayan utuh mampu membawa air yang penuh setelah perjalanan panjang dari mata air hingga rumah majikannya. Sedangkan tempayan yang retak hanya mampu membawa sebagian air saja.

Selama dua tahun, aktivitas itu selalu dilakukan oleh tukang air. Tempayan utuh merasa bangga atas prestasinya karena ia selalu membawa air secara penuh. Berbeda dengan tempayan retak yang merasa kecil hati dan malu karena tidak bisa berbuat seperti tempayan utuh. Ia hanya mampu membawa setengah penuh air saja.

Tempayan retak lalu mengeluhkan perasaannya kepada tukang air. 
"Pak,  maafkan saya tidak bisa berbuat maksimal dan merugikan majikanmu" keluh tempayan retak pada tukang air. 

Tetapi tukang air hanya menjawab seadanya "tidak apa-apa, setidaknya kamu sudah membantu saya membawa setengah penuh air. Itu sudah cukup."

"Tidak, saya memang tidak berguna. Saya telah menyusahkanmu, lebih baik kamu ganti saya dengan tempayan utuh yang baru."

"Baiklah, jika itu maumu. Tetapi saya mempunyai satu syarat yang harus kamu penuhi."

"Apa syaratnya?" Jawab tempayan retak dengan penuh penasaran. 

"Besok kamu harus ikut saya mengambil air, kemudian di sepanjang perjalanan kamu perhatikan sisi kanan dan kiri jalan. Yang satu sisi tempayanmu dan lainnya sisi tempayan utuh."

"Baiklah Pak,  saya akan memperhatikannya dengan seksama."

Keesokan harinya, mereka menjalani aktivitas seperti biasa. Tempayan retak masih sedih akan keadaan dirinya sedangkan tempayan utuh selalu sumringah dan senang atas kelebihannya yang menguntungkan tukang air. 

Benar saja, disepanjang perjalanan pergi dan pulangnya mereka dari mengambil air. Tempayan retak tempak bahagia melihat bunga-bunga indah yang tumbuh berkembang indah disepanjang jalan yang mereka tempuh. Sedangkan disisi tempayan utuh tidak ada bunga-bunga indah yang tumbuh. Namun, tempayan retak teringat kembali akan kekuarangannya. Ia pun kembali sedih. 

Tukang air mulai bercakap santai dengan tempayan retak. 
"Kenapa kamu sedih?, bukankah kamu telah melihat bunga-bunga indah disepanjang perjalanan kita".
"Ia, tetapi saya masih teringat akan kekuranganku yg telah merugikan majikanmu" jawab tempayan retak. 

"Nah, inilah maksud saya menyuruhmu untuk melihat sisi jalan. Karena saya telah tahu kelemahanmu sehingga saya sengaja menaburkan bibit bunga disepanjang jalan. Tanpa kamu sadari, kamu  selalu menyiraminya setiap hari dalam perjalanan pulang kita. Maka semakin hari, bibit tersebut tumbuh menjadi bunga yang sangat indah. Dari bunga-bunga tersebutlah saya ambil untuk dijadikan hiasan pada rumah majikan kita. Tanpa kamu, kita tidak bisa menghias rumah majikan.

Tempayan retak merenung, ia tak percaya kelemahan yang selama ini selalu membuatnya sedih dan menyesali. Ternyata membawa manfaat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Tukang air telah mengingatkannya bahwa dibalik kelemahan selalu ada kelebihan yang tersembunyi asal kita mampu menangkapnya dari sisi yang berbeda. 


*Kisah ini saya kisahkan kembali dengan bahasa dan gaya saya sendiri. Salah satu kisah dari buku "Bukan untuk Dibaca".
@gudesmaa21
1Nop17

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar