Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 5


Pagi hari, di halaman depan kamar Hafsah.

"Mb Pira, hari ini ada kesibukan, tidak? di Masjid akan diadakan Tabligh Akbar, katanya pembicaranya adalah Ustads kondang." tanya Intan.

"Ustads kondang? Siapa?."

"Ustads YM, Yoga Maulana."

"Wah, Ustads itu kan yang sering muncul di TV.  Mb lihat jadwal dulu, sepertinya tidak ada kelas. Kamu ajak Sulis dan Bu Hana. Kita bersama-sama berangkatnya." saran Pirana.

"Oke, tapi kita bagi tugas. Mb yang mengajak Mb Sulis, sedangkan Intan bertugas mengajak Bu Hana. Deal."

"Siap, Deal" mereka berdua bersalaman tanda kesepakatan.

Intan berlari menuju dapur ke tempat yang selalu didatangi oleh Bu Hana saat pagi hari. Bu Hana salah satu koki di Asrama mereka. Makanan yang mereka makan sebagian besar masakannya.

Dapur Pondok yang terletak di antara zona laki-laki dan perempuan itu  sengaja dibuat di tengah-tengah antara dua ruang makan perempuan dan ruang makan laki-laki. Ruangan yang tidak terlalu besar itu selalu menyediakan makanan sehat buat warganya. Jenis makanannya pun bermacam-macam yang diambil dari hasil panen para santri dan warganya. Seperti beras yang tak pernah mereka beli.

Beberapa kilometer dari Pondok tersebut terdapat tanah luas untuk menanam padi. Lahan tersebut memang diperuntukkan untuk para santri. Bukan hanya padi, juga tanaman lainnya. Selain itu juga beberapa tanaman apotik hidup dan sayur mayur yang ditanam santri di kebun belakang pondok dengan area yang minim.

Hasilnya akan dibagi rata, untuk keperluan pondok, pekerja, dan sebagiannya dijual ke warga yang berprofesi sebagai pedagang untuk dijual ke pasar di pusat kecamatan. Kemudian lima puluh persen keuntungan dari penjualan akan masuk ke kas pondok untuk dana pembangunan. Oleh karena itu setiap awal bulan Ustads Husain selalu mengajak bermusyawarah dalam menyusun rencana jangka pendek, panjang serta laporan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.

Ruangan makan tersebut sangat unik, disana hanya disediakan tiga buah meja Prasmanan untuk santri dan warga pondok. Tetapi di setiap ruang yang masih kosong dihamparkan karpet untuk mereka makan. Lesehan dan rame-rame, hal inilah yang akan selalu dirindukan yaitu menikmati makanan di Pondok Robithoh. Prasmanan tersebut hanya dibuka selama satu jam. Jika lewat dari satu jam, mereka tidak akan bisa menikmati makanan dan terpaksa membeli makan dari luar pondok.

Selain itu, semua santri dan warganya diberikan tanggung jawab dalam kelancaran aktivitas dapur seperti dibentuk petugas bantu-bantu memasak, petugas menncuci piring, juga petugas yang menyiapkan dan membersihkan wilayah dapur. Jadwal diatur sedemikian rupa sehingga setiap orang akan mendapatkan bagiannya.

Assalammu'alaikum," ucap intan dari balik pintu dapur.

"Waalaikummussalam, Intan. Kenapa? bukannya jadwal bantu-bantu hari ini bukan kamu ya.?"

"Iya Bu, memang bukan. Ibu keren,  hafal nama-nama yang bertugas di dapur."

"Iyalah Tan, Ini kan kerjaan Ibu setiap hari. Ada keperluan apa kamu kesini, makan siang juga masih lama."

"Ibu, Bisa aja. Intan mau ngajak ibu ke Tabligh Akbar siang nanti, Ibu bisa kan? Katanya ada Ustads Yoga maulana loh." ajak Intan.

"Serius? Masya Allah. Ibu sangat tertarik. Beliau adalah salah satu ustad yang sering Ibu tonton sebelum masuk pondok." jawab Ibu penuh antusias.

"Ok Bu, Fix. Ibu Dina dan Bu aura, mau bareng?"

"Boleh, nanti bareng Bu Hana."

"Ok, Intan Duluan ya.  Assalammu´alaikum." melangkah keluar dari dapur.

"Wa'alaikummussalam" jawab mereka berbarengan.

Di kamar Hafsah. Pirana menghampiri Sulis yang sedang membaca buku. Sebenarnya ia agak gugup kalau bicara dengan Sulis. Karena sifat pendiam Sulis yang jarang sekali menyapa kecuali disapa duluan. Langkah Pira bolak-balik, maju-mundur. Ia tak berani untuk mengajak Sulis pergi ke Tabligh Akbar. Tapi, masa aku tidak mengajaknya, Sulis kan teman sekamarku. Lagipula aku sudah berjanji dengan Intan. Pirana berbicara sendiri dalam hati. Kakinya terus melangkah maju-mundur.

Tanpa sepengetahuannya, Sulis melihat gerak gerik Pirana yang aneh dan mencurigakan. Tapi sulis tak mempedulikan, Ia terus melanjutkan bacaannya. Hingga Intan kembali ke kamar dan mengejutkan Pirana.

"Mb Pirana, Dahhhh..." Intan memegang bahu Pira.

"Iya, Sulis," sontak Pira menjawab sembarangan.

Sulis kaget. "Kenapa Pir."

"Tidak apa-apa Lis, ana hanya..."

"hayo, mb Pira lagi ngapain? hanya apa?" potong Intan seraya menggoda Pira.

"Hus, anak kecil gak usah ikut-ikutan."

"Iya deh, ingat mb kesepakatan kita tadi. Oke!" Intan kembali ngeloyor pergi.

Beberapa menit kemudian akhirnya Pirana memberanikan diri mendekati Sulis.

"Sulis, siang ini kamu ada kegiatan gak?"

"Apa Pir?" Sulis masih fokus dengan bacaannya sehingga ia tidak mendengar apa yang sedang ditanyakan oleh Pira.

"Siang nanti kamu mau ikut ke masjid? kita akan menyaksikan Tabligh Akbar, kamu tau siapa peembicaranya?"

"Siapa? jawabnya singkat.

"Ustad YM  Lis, beliau sering nongol di TV."

"Ohhh..." jawabnya.

"Maksdunya, Oh apa Lis? Jadi, kamu mau ikut gak?"

"InsyaAllah, lihat siang nanti ya."

"Memangnya, kamu ada acara ya? Bukannya siang ini tidak ada kelas apapun."

"Iya, tapi InsyaAllah. Ana tidak bisa memastikan."

"Oke. Semoga kita bisa berangkat bersama ya, Sulis." Ucap Pira yang mencoba akrab dengan Sulis.

"Iya Pir, Terima kasih sudah perhatian sama Sulis. Selama ini jarang sekali ada yang mau mengajak jalan bareng."

"Iya Lis, kamu kan sekarang teman sekamarku. Mustahil kan kalo kita diam-diaman terus."

"Kamu benar, tapi aku nyaman dengan keadaanku sekarang. Setidaknya aku tidak merugikan dan memberi harapan kepada orang lain."

"Maksudmu merugikan dan memberi harapan?."

"Bukan apa-apa. Hanya masalah prinsip yang harus aku tepati."

"Oke Lis, semoga terus istiqomah dalam prinsipmu tersebut. Asalkan satu, niat dan ketergantungan kita hanya untuk Allah." kata Pira, lalu pergi meninggalkan Sulis.

Pirana semakin bingung dengan ucapan Sulis yang tersimpan makna yang sangat dalam, sehingga ia tak bisa menafsirkannya sendiri. Entah prinsip apa yang sedang ia lakukan saat ini.


To be continued....
Sebelumnya di Part 4 

@gudesma_arin
191117
#OdopTantanganCerbung
#Part5

You Might Also Like

1 komentar

  1. lanjut part 6 : http://gudesmaa.blogspot.co.id/2017/11/pondok-robithoh-pengikat-hati-part-6.html?m=1

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar