Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 4


Lima belas tahun yang lalu.

Merayakan Anniversary adalah hal wajib bagi setiap pasangan kekasih untuk menumbuhkan rasa memiliki satu sama lain dan juga merekatkan hubungan yang telah dijalin. Itu sih katanya Bang Dana setiap kali anniversary.

Hari ini adalah tahun ketiga kami menjalani masa-masa indah bersama. Selalu ada kejutan di setiap Anniversary, aku selalu dibuatnya terbang ke langit saat itu. Tahun pertama, Bang Dana memberikan Bingkai Foto yang isinya foto kami berdua saat pertama kali bertemu. Tahun kedua, Bang Dana menghadiahkan sebuah video yang isinya foto-fotoku yang ia ambil dari stalking instagram. Ya, Instagramku rata-rata aku isi tentang perjalanan, sekolah, hobi, dan tentunya kisah kami berdua. Dan hari ini, Aku sedang menanti kejutan yang akan diberikan oleh Bang Dana.

Sudah hampir lima belas menit aku menunggu di "Cafe Cinta" tempat nongkrong kami berdua kalau lagi suntuk, curhat-curhatan atau merayakan apapun. Hari jadian, kelulusan, menang lomba 17an atau hal-hal lainnya yang kami anggap penting. Hal inilah yang membuat aku nyaman dengan Bang Dana, hubungan kami bukan sekadar sepasang kekasih. Tetapi teman, sahabat bahkan sudah seperti saudara kandung.

Aku berusaha sabar menunggu tetapi setelah satu jam berlalu. Bang Dana tidak kelihatan batang hidungnya. Aku memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Cafe dengan perasaan kecewa dan sedih karena tidak ada kejutan apapun. Jangan-jangan Bang Dana lupa dengan hari itu, pikirku.

Namun pikiranku salah besar. Setelah sepuluh langkah berjalan menuju pintu keluar. Mas Dana membawa bunga mendekatiku, mencegahku pergi dan menyerahkan bunga yang dipegangnya lalu menuntunku kembali ke tempat duduk.

"Maafkan Abang ya Dek, tadi abang ada urusan yang harus diselesaikan terlebih dahulu".

"Gak mau, Abang jahat membiarkan Pira menunggu selama satu jam."

"Yakin, kamu tidak mau maafin Abang? rayu Bang Dana.

"Iya, seratus persen yakin" jawabku ketus.

"Oke... Pirana, Maukah engkau menikah denganku?" tanyanya mengagetkan kecemberutanku. Ia langsung menyodorkan sebuah cincin cantik dihadapanku.

Aku mematung sebentar, dan tidak percaya mendapatkan kejutan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.

"Apa Bang? Abang tidak salah? Pirana masih kelas tiga SMA dan belum siap untuk menikah" jawabku.

"Tidak dek, Abang serius. Lima bulan lagi Abang akan berangkat ke luar kota setelah wisuda. Karena Abang sudah dapat panggilan pekerjaan disana. Papa dan mama tidak akan mengizinkan aku kerja di luar kota jika belum beristri, katanya nanti tidak ada yang ngurusin abang. Kamu tahu kan, dari SD sampai kuliah abang tinggal bersama mereka dan mama selalu mengurusi keperluan abang." jelas Dana.

"Tapi bang, Pirana belum siap. Pirana masih mau kuliah dan kerja. Masa tamat SMA langsung nikah?" Aku melempar pertanyaan kepada bang Dana.

"Iya Abang tahu dek. Abang janji tidak akan melarang kamu melanjutkan kuliah. Disana kamu bisa kuliah dan hidup bersama abang" pinta lelaki tersebut.

"Bagaimana ya?, Sebenarnya Pirana sangat ingin menikah dengan Abang, karena dari kelas tiga SMP sampai mau lulus SMA. Abang lah motivasi Pirana untuk terus belajar demi menggapai cita-cita. Menjalin hubungan dengan Abang membuat Pirana menjadi perempuan yang lebih dewasa" jelas Pirana.

"Alhamdulillah kamu mau, beneran kan?". Sambil menyodorkan cincin.

"Iya bang, Besok kamu datang ke rumah ya bicara sama Ayah dan bunda. Tapi sendirian dulu, jika nanti sudah ada kepastian. Ayah dan Bunda setuju dan merestui, maka silakan Abang ajak papa mama untuk melamar Pirana secara resmi."

"Siap Tuan Putri" kata Bang Dana. Kemudian memasangkan cincin tersebut ke jarimanisku.

"Terima kasih ya, Bang" jawabku tersenyum senang.

Kebahagiaanku tak terbendung. Ucapan yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya diucapkan oleh orang yang aku cintai. Ia adalah cinta pertama yang mengajarkan aku untuk kuat dalam menjalani hidup. Ia adalah seseorang yang mampu menetralisir kemanjaanku menjadi pribadi yang lebih dewasa. Ia adalah lelaki kedua setelah ayahku. Ia juga saudara yang menemani kesendirianku yang menjadi anak tunggal di keluarga.

Aku berharap jodoh dan takdir berpihak pada cinta kami berdua. Cinta sepasang insan yang ingin serius dan menapaki jalan baru menempuh kehidupan baru yaitu pernikahan. Aku berharap Ayah setuju akan rencana kami dan kami akan menjadi keluarga yang sangat bahagia.

Namun keesokan harinya, ketika Bang Dana kerumah. Jawaban Ayah dan Bunda tidak sesuai harapanku. Ayah tidak mengizinkan putri tunggalnya menikah setelah tamat SMA. Ayah ingin aku menjadi Dokter, Guru atau apa saja yang merupakan pekerjaan orang-orang yang berpindidikan. Menikah bukanlah solusi yang mereka harapkan dari putri kesayangan mereka. Aku mencoba membujuk dan menjelaskan semua kelebihan dari Bang Dana. Tetapi mereka tetap dalam pendiriannya. Bang Dana pun meninggalkan rumah kami dengan membawa sebongkah kekecewaan.

Aku patuh atas pendirian mereka dan setelah empat bulan kemudian. Sepucuk surat berwarna pink aku terima dari Pak pos. Isinya undangan pernikahan Bang Dana dan surat permohonan maafnya tidak bisa menungguku. Bang Dana memutuskan menikah dengan jodoh pilihan orang tuanya.

***

Tetes demi tetes mengalir dari kedua pipi Pirana dalam lamunannya mengenang kisah yang putus di tengah jalan karena terhalang restu orangtua. Pirana menyesali perbuatannya yang lalu, ia pernah menghabiskan tiga tahun bersama orang asing yang sekarang telah menjadi milik orang lain dan takkan pernah bisa bersatu kembali. Pacaran memang bukanlah jaminan kedua orang bisa berjodoh. Tetapi kemaksiatanlah yang pasti dilakukan. Astagfirullah, air matanya terus mengalir. Ia. menyesali kebodohannya dalam bergaul dan memberikan hati. Hingga saat menikah dengan mantan suaminya yang dulu, cinta pertama itu masih tetap bertengger meski tak sebanyak waktu itu.

"Assalammu´ alaikum, Mb Hafsah?" Pintu kamar Hafsah diketuk oleh seseorang perempuan. Bu Hana, Intan, dan Sulis sudah terlelap dalam mimpi masing-masing sedangkan Pirana masih hanyut dalam bayangan masa lalu.
Beberapa kali pintu diketuk, hingga membuyarkan lamunan indah Pirana.

"Iya, waalaikummussalam". Pirana menuju pintu sambil menghapus air matanya dan melihat siapa yang datang.

"Mb, dari tadi saya ketuk-ketuk tapi tidak ada jawaban, maaf jika terlalu keras dan mengganggu."

"Iya tidak apa-apa, saya juga minta maaf karena baru bisa membuka pintu.  Kenapa Nisa?" tanya Pirana.

"Jendela kamar Mb masih terbuka. Saya kira tadi kalian semua sudah tidur dan lupa menutup jendela, jadi saya ketuk dengan keras. Sekarang sudah menunjukkan pukul 11 malam" kata Annisa yang ditugaskan menjadi penjaga malam saat itu.

Setiap penghuni asrama akan mendapatkan tugas jaga malam untuk melihat keadaan dan suasana malam di asrama. Karena akhir-akhir ini tersiar kabar banyak pencuri yang masuk ke rumah-rumah warga. Pihak asrama melakukan sistem Rolling untuk penjagaan. Namun, sebenarnya sudah ada satpam yang menjaga setiap malam. Tetapi satpam sering menjaga di pintu gerbang sedangkan wilayah asrama jarang terlihat dalam penjagaannya. Dan Malam itu Annisa dan kedua temannya bertugas menjaga keamanan, mereka memastikan setiap jendela dan pintu sudah tertutup rapat dari dalam kamar.

"Astagfirullah, syukron Mb Nisa sudah mengingatkan".

"Afwan, ana duluan ya. Mau lihat kamar yang lainnya. Assalammu´alaikum? ucap Annisa. Setelah itu ia meninggalkan Pirana dan kembali ketugas jaga malam.

Pirana menutup jendela kamarnya. Lalu kembali ke atas kasur empuknya. Pikirannya berkecamuk. Ia lalu memutuskan mengambil wudhu dan segera tidur karena besok harus bangun lebih awal.

To be continued....
Sebelumnya di Part 3

gudesma_arin
181117
#OdopTantanganCerbung
#Part4

You Might Also Like

1 komentar

  1. baca juga part 5 di: https://gudesmaa.blogspot.co.id/2017/11/pondok-robithoh-pengikat-hati-part-5.html?m=1

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar