Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 3



Keesokan harinya sekitar jam tiga pagi. Mengucapkan doa bangun tidur lalu mengambil air wudhu. Pirana, janda kembang itu selalu menjadi alarm bagi teman-temannya, ia yang selalu pertama bangun dari tidur. Pirana dengan sengaja membacakan lantunan ayat suci Alquran untuk membangunkan teman kamarnya, jika dalam sepuluh menit mereka masih belum bangun maka Pirana akan membangunkannya dengan menggerak-gerakkan badan mereka.


Selama suara merdu Pirana mengalir maka selama itu malaikat menyimak setiap kata yang dilantunkannya dalam kesunyian di pertiga malam. Desisan angin pun berzikir melalui suara merdu yang berhembus dari kedua bibir janda kembang tersebut.

Lima menit kemudian, Bu Hana bangun. Lalu diiringi dengan Sulis dan Intan secara bergantian. Ketika waktu menunjukkan sepuluh menit sebelum azan subuh mereka berangkat ke Musola untuk menunggu waktu subuh. Keseharian yang harus ditaati mereka selama di Pondok meski peraturan tidak memaksa mereka. Tetapi mereka sadar kehadiran mereka disini adalah langkah awal untuk kembali pada-Nya setelah beribu-ribu cobaan, kekelaman, bahkan hinaan yang mereka terima sebelumnya. Sangat disayangkan jika mereka tetap bermalas-malasan tanpa hasil.

Pondok Robithoh memang tidak memaksakan peraturan kepada santrinya karena santri yang diterima disana adalah santri yang ingin berubah karena Allah bukan hanya karena peraturan. Setiap santri akan diingatkan sepuluh kali sehari melalui micropon yang dipasang  di setiap sudut yang bisa didengar semua santri. Micropon tersebut layaknya operator telpon yang berbicara sendiri. "Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Mari kembalikanlah niat kita kepada Allah. Sesungguhnya tidak ada tempat bergantung kecuali hanya pada Allah. Allahush shomad, Allahush shomad, Allahush shomad. La haula wala quwwata illa billah, tiada daya upaya kecuali pertolongan Allah. Kalimat-kalimat tersebutlah yang menyihir hati setiap santri untuk selalu mengingat dan bergantung kepada Allah.

Dalam perjalanan menuju asrama selepas menunaikan sholat subuh. Di perempatan jalan pemisah antar zona ikhwan (lelaki) dan zona akhwat (perempuan), mata Pirana melihat sosok lelaki yang tak asing baginya. Sorot matanya, raut muka, dan caranya berlari persis tak ada bedanya, hanya saja lelaki yang sedang ia lihat lebih kurus dari orang yang ia kenal. Lelaki tersebut lari terbirit-birit dikejar sekumpulan warga dari luar pondok menuju asrama ikhwan.Pirana tidak tahu apa yang dilakukan laki-laki tersebut, ia berpaling dan melanjutkan perjalanannya menuju asrama.

***

Salim Perdana, laki-laki yang dilihat oleh Pirana adalah seorang pencuri yang memasuki rumah warga saat tuan rumah menunaikan ibadah sholat subuh di masjid dekat rumahnya. Namun aksinya tidaklah mulus, ketika Salim ingin kabur dari rumah tersebut dan melarikan barang berharga yang sudah ia masukkan kedalam tasnya.

Seseorang memergokinya dan meneriaki "Maling, Maling, Maling",  orang tersebut semakin kencang dan Salim tergesa-gesa hingga meninggalkan beberapa barang yg berhasil ia ambil. Warga pun berkumpul dan mengejar Salim, sedangkan Salim semakin panik, ia berlari sekencang-kencangnya mengikuti setiap arah jalan yang ia tapaki hingga tanpa disadari ia memasuki wilayah Pondok Robithoh. Ia pun tak menghiraukan sapaan penjaga gerbang yang terus memanggilnya. Lalu, barulah penjaga tahu jika Salim adalah pencuri saat kumpulan warga berlarian mengejar Salim sambil teriak maling.

Salim celingak-celinguk melihat sekitar, mencari posisi untuk menemukan posisi yang aman untuk bersembunyi. Kemudian ia menemukan ruangan dengan pintu yang sedang terbuka. Perlahan dilangkahkan kakinya step by step. "Ini dia ruangan yang baik untuk aku sembunyi," gumamnya dalam hati. Ia pun merebahkan badan dan mengatur nafas setelah dikejar warga. Karena kelelahan Salim tertidur di dalam ruangan tersebut.

Matahari pagi mulai percaya diri menunjukkan sinar kehangatannya. Kokokan ayam saling bersahutan menyambut hari yang baru. Semua santri pun telah siap kembali ke aktivitas sehari-harinya. Ada yang sudah siap berdagang menyambut pembeli di Pasar pagi di pusat kecamatan. Ada yang  bercocok tanam di halaman belakang asramanya masing-masing yang memang disediakan untuk santri Pondok Robithoh, dan ada yang memberi makan serta memanen hasil ikan yang dibudidayakan di danau buatan di belakang Pondok Robithoh.

Ustads Husain juga telah menuju kantor yayasan untuk memulai aktivitasnya kembali. Betapa terkejutnya dia ketika ada seseorang lelaki yang sedang tidur pulas di lantai ruangannya.

"Mas, bangun mas" pinta Ustads Husain sambil mengegerak-gerakkan badan laki-laki tersebut.

"Tidak, ampun... saya terpaksa melakukan ini semua. Saya kelaparan dan ingin mengisi perut saya yang sangat keroncongan" teriak Salim sebelum ia benar-benar sadar dan menyadari ada seorang laki-laki yang berdiri dihadapannya.

"Kamu siapa?" tanya Ustads Husain.

"Saya Salim Pak, maaf Pak saya buru-buru mau pulang." Salim ketakutan dan berniat untuk pergi secepat mungkin.

"Tunggu Salim, kenapa kamu ada di ruangan saya? lalu apa yang kamu bicarakan sebelum kamu sadarkan diri tadi?" tanya Ustads Husain.

"Tidak Pak, tidak ada apa-apa. Saya hanya tersesat dan tertidur di ruangan Bapak ini". Masih berusah  untuk pergi.

Tetapi Ustads Husain mencegahnya pergi.

"Nanti, tunggu dulu. Kita ngobrol dulu, setelah itu silakan kamu pergi" kata Ustads Husain.

Salim tidak bisa menolak karena ia telah tidur di ruangan Bapak tersebut tanpa izin.

"Baik Pak," jawab Husain dengan perasaan khawatir.

Mereka mengobrol panjang lebar, Ustads Husain lalu memutuskan untuk mengajak Salim tinggal di Pondok tersebut menjadi santri baru. Keputusan Ustads Husain dibuat karena cerita yang ia dengar mengenai perjalanan hidup Salim yang begitu berliku, hatinya yang terombang-ambing tanpa tujuan. Pernah juga merasakan kesenangan hidup tetapi tidak bertahan lama lalu ia kembali ke jalan yang buruk bahkan lebih buruk dari sebelumnya.

Menurut Ustads Husain, takdir telah membawa Salim ke Pondok Robithoh adalah cara Allah untuk menarik kembali Salim kepada jalan cahaya-Nya.

Awalnya Salim takut karena ia khawatir akan dilaporkan ke Polisi jika warga tahu kalau ia menjadi santri disini. Tetapi Ustads Husain meyakinkan Salim bahwa ia yang akan menjelaskan ke warga dan akan mengembalikan harta yang pernah Salim curi. Asalkan Salim berjanji akan benar-benar berubah untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Salim kemudian menerima tawaran Ustads Husain dengan perasaan gembira.

***

Malam itu Pirana tidak bisa memejamkan mata, ia masih gelisah memikirkan lelaki yang dilihatnya setelah pulang dari sholat subuh pagi tadi. "Apakah mungkin dia orang yang sama?" pikirnya dalam hati. Kenangan lima belas tahun yang lalu terbuka kembali dalam ingatan Pirana.

To be continued....
Sebelumnya di Part 2

gudesma_arin
171117
#OdopTantanganCerbung
#Part3

You Might Also Like

3 komentar

  1. Lanjut Part 4 di : http://gudesmaa.blogspot.co.id/2017/11/pondok-robithoh-pengikat-hati-part-4.html?m=1

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar