Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 1

                                                 Sumber Gambar : ppmaswaja.org


Kepulan debu bertebaran sepanjang jalan. Lalu lalang pengendara meninggalkan debu dan asap yang berkumpul membentuk satu kesatuan. Terbang tinggi melintasi udara menuju rumah-rumah penduduk, meninggalkan jejak kasap yang mesti di bersihkan oleh penghuninya setiap hari. Pohon-pohon yang terletak di tepi sepanjang jalan pun layu. Daun menguning, berguguran saling menyusul satu sama lain. Akar yang berusaha tegar tanpa makanan sedikitpun, mulai kehilangan semangat dan berharap hujan menyirami tubuhnya yang berkerut dan rapuh.
Ramai dan dipadati oleh pengendara, jalanan kecamatan Sari Pondoh selalu diisi oleh aktivitas warganya. Pasar pagi tempat berkumpulnya warga untuk membeli berbagai macam sayur, ikan, dan lauk pauk untuk memasak demi memenuhi kebutuhan keluarga. Kecamatan Sari Pondoh terkenal sebagai kecamatan santri karena sebagian besar wilayah kecamatan tersebut adalah Pondok Pesantren. Ada Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Pondok Thafizh, Pondok Kehidupan, Pondok Cahaya, Pondok Robithoh, dan masih banyak lagi. Tak heran jika kita berkunjung ke kecamatan ini, maka tak akan kita temui sehelai rambut pun yang tergerai dari  gadis ataupun ibu-ibu yang tinggal disana, kecuali anak anak yang masih kecil, itu pun mereka yang masih berumur sekitar 0 hingga 5 tahun.

Pasar Sari Pondoh juga sangat unik, mereka membuat tabir atau pembatas antara laki-laki dan perempuan. Pasar tersebut dibuat dua gerbong, gerbong A untuk perempuan yang ingin berbelanja, maka dalam gerbong tersebut pembeli dan penjual adalah perempuan semua sehingga tidak akan ada ikhtilat bercampur baur antara laki laki dan perempuan. Pasar ini juga membuat perempuan lebih aman sehingga tidak akan bersenggolan dengan orang asing karena berdesak desakan di dalam pasar. Lalu, gerbong berikutnya adalah gerbong khusus laki-laki yang hanya diisi oleh pemuda, bapak-bapak, kakek tua, dan anak laki-laki,  baik penjual ataupun pembelinya.

Di depan gerbong pemisah berdiri lima penjaga yang mengawasi gerak-gerik pembeli yang ingin masuk, siapaun tidak bisa luput untuk masuk ke tempat terlarang. Perempuan tidak bisa masuk ke zona lelaki begitu sebaliknya. Tak hanya itu, petugas tersebut terbilang ramah kepada setiap pembeli. Hampir semua pembeli mengenalnya dengan melihat papan nama yang bertengger di baju sebelah kirinya.

Sekitar sepuluh kilometer dari Pasar yang berada di pusat kecamatan, berdiri bangunan kokoh yang tertulis jelas "Pondok Robitoh" diatas gapura berwarna biru. Gapura yang beraksitektur arab tersebut sungguh menakjubkan dan mudah dikenali. Pondok ini hanya menerima santri yang memiliki masa kelam yang hampir tidak tersisa harapan. Karena sesuai dengan visi berdirinya pondok Robithoh yang diusung oleh K.H Hasyim Abdullah adalah membangkitkan cahaya dalam kelam.

Menurut K.H Hasyim Abdullah, kelam adalah proses kehidupan menuju tangga cahaya yang seharusnya disambut dengan menggantungkan hati pada Allah. Pendirinya pun tak luput dari masa kelam yang hanya dirinya dan Tuhanlah yang mengetahui. Masa kelam KH. Hasyim Abdullah belum terungkap sampai sekarang karena ia adalah warga rantauan dari pulau yang sangat jauh. Ia pun hanya menceritakan tentang masa kelam yang pernah dialaminya tanpa menjelaskan detailnya.

Harapan terbesar beliau adalah semakin banyak orang berubah dan hijrah dari masa kelam menuju cahaya Allah seperti yang ia dapat hingga akhir hidupnya. Sayangnya, KH. Hasyim Abdullah telah menghadap Ilahi sebelum genap lima tahun pondoknya berdiri. Semenjak wafatnya beliau, anak lelakinya Ustads Husainlah yang meneruskannya. Saat ini pondok tersebut telah melahirkan manusia baru yang lebih bermanfaat dan bersaing dengan mereka yang hidupnya layak tanpa kekelaman.

***

Disanalah mereka tinggal bersama. Sama-sama berawal dari kepahitan hidup membuat mereka bertemu di pesantren pengikat hati, Pondok Robithoh. Dialah Hana, seorang ibu berumur 50an yang paling senior di antara mereka, ia tersesat ke pesantren karena hidup sudah tidak berpihak lagi padanya, sampai di titik ia ingin mengakhiri hidupnya, Allah mempertemukannya dengan seorang ustazah yang menolong dan mengantarkannya menempah hidup dalam Pondok Robitoh.

Lalu Intan, gadis berusia 20 tahunan itu paling muda diantara mereka, kisahnya begitu pelik. Terlahir dalam keluarga miskin harta dan serba kekurangan, orangtuanya menjerumuskan Intan ke dalam kehidupan tanpa cahaya yaitu menjadi simpanan pejabat dan pengusaha yang mampu memberikannya harta. Profesi yang telah dijalaninya semenjak lulus dari SD karena perawakannya yang besar  membuat penampilannya seperti kembang desa yang kelihatan seperti gadis berumur dua puluan padahal saat itu umurnya baru tiga belas tahun.

Kemudian si pendiam Sulis yang sering menjadi pendengar paling baik diantara mereka, tetapi tak disangka sebelum masuk kesini ia adalah orang yang paling comel dan ceplas ceplos dalam bergaul, sampai sekarang ia pun belum bersedia menceritakan mengapa sifatnya mendadak berubah. Umurnya sekitar 30an.

Dan terakhir Pirana Salsabila,  ia adalah seorang janda kembang berumur sekitar 30an yang ditinggalkan suami karena Pirana tidak bisa mengandung selepas keguguran dan pengangkatan rahim. Menurut mertua suaminya, pirana sudah tidak pantas menjadi pendamping hidup anaknya lagi. Pirana harus menelan pil pahit dalam jumlah banyak sekaligus dalam satu waktu. Walaupun sebenarnya ia belum sepenuhnya mencintai lelaki itu. Namun, gugatan cerai yang dilontarkan suaminya di pengadilan agama sepuluh hari setelah meninggalnya buah hati mereka yang tak sempat melihat dunia. Pirana tetap terpukul dan memutuskan untuk pergi ke suatu tempat dimana tidak ada orang yang mengenalnya. Pondok Robithoh lah tempat pelabuhannya dari semua permasalahan hidup yang ia hadapi.

Kamar berukuran 6x6 itu dihuni oleh empat orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, tersimpan banyak rahasia yang menjadikan mereka berkumpul untuk mengubah diri agar menjadi lebih baik lagi. Kamar tersebut begitu nyaman untuk ditinggali, terdiri dari empat ranjang yang di atasnya terletak kasur empuk berjejer rapi. Lemari yang berderet lima dihiasi cermin di setiap pintu pun tegak berdiri menghadap kasur sehingga ruangan kecil itu nampak besar. Dan di depan pintu tertulis nama asrama mereka "Hafsah". Nama yang mereka buat sendiri atas usulan pembina asrama agar anggotanya memilih nama asrama masing-masing.

To be continued....
#ODOP_TantanganCerbung
#Part1
@gudesma_arin


You Might Also Like

2 komentar

  1. Cus,,, lanjut mba wiwid : http://gudesmaa.blogspot.co.id/2017/11/pondok-robithoh-pengikat-hati-part-2.html?m=1

    Alhamdulillah bisa posting tepat waktu, meski entah hasilnya disukai pembaca atau tidak. Yang penting nulis,, heheheh

    makasih sudah baca dan meninggalkan komentar...

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar