Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 6


Waktu berlalu begitu cepat. Matahari terik sudah di atas kepala dan bayangan pun telah sejajar dan lebih pendek dari benda yang dipantulkannya. Sholat zuhur sudah dilaksanakan, begitu pun dengan makan siang. Intan yang sedari tadi sibuk memilih jilbab dan gamis terbaik untuk dikenakannya pada acara Tabligh Akbar siang itu. Pun dengan pirana, ia tengah bersiap untuk pergi. Tetapi Sulis dan Bu hana sama sekali tidak kelihatan di asrama.


"Mb Pira, kemana Mba Sulis dan Bu Hana?."

"Mungkin masih di dapur Tan."

"Iya Mb, Intan mau datang paling awal supaya tempat duduknya paling depan. Lebih mudah mencerna materi dan bisa tanya-tanya juga." kata Intan.

"Yakin Tan? bukan karena Ustadnya ganteng" jawan Pirana.

"Mb Pira su'uzon. Tetapi boleh juga tuh, sebagai bonus tambahan."

"hmmmm, berarti ana gak su'uzon dong, beneran kan?"

"Iya, terserah Mb".

Beberapa saat kemudian. Pira sudah siap berangkat sedangkan Intan masih kebingungan memilih kostum yang cocok untuk dipakainya. Sulis dan Bu Hana pun tiba di asrama bersama-sama. Mereka terlihat lebih akrab dari sebelumnya.

"Dari mana bu,?" tanya Pira.
"Biasa, Ibu selesaikan urusan dapur dulu."

"Sulis?" tanya Pira lagi.

"Saya dari depan Pir."

"Ok, kalian silakan siap-siap. Lihat Intan dari tadi belum selesai  memilih baju."

"Mb Pira, bantu pilihin dong."

"Terserah Tan, mba tunggu di depan ya. Cepatan, nanti dapat tempat yang paling belakang."

"Lahhh, Mb Pira. Bukannya bantuin malah ngeloyor pergi." gerutu Intan.

Intan yang sibuk memilih baju, kemudian dibantu oleh Bu Hana, sedangkan Sulis sibuk dengan dirinya sendiri. Setelah selesai mereka berangkat menuju Masjid.

Bangunan berwarna putih, berkubah warna keemasan yang di atasnya tertulis lafaz Allah berdiri kokoh di area pintu masuk Pondok Robithoh. Masjid Robithoh, begitulah sapaan orang-orang terhadap masjid tersebut. Bukan hanya terletak di Area Pondok Robithoh, Masjid tersebut telah menjadi saksi orang-orang kembali ke hidayah-Nya Allah. Baik yang hanya muslim KTP ataupun mereka yang berasal dari bukan muslim.

Di Masjid besar itu, Pira dan teman sekamarnya menghadiri Tabligh Akbar. Masjid tersebut telah dipenuhi orang-orang yang ingin menyaksikan ceramah Ustads YM, bukan hanya warga pondok. Warga yang tinggalnya diluar pondok juga terus berdatangan. Pira dan kawan-kawan terlambat datang. Masjid sudah dipenuhi oleh jamaah, mereka terpaksa duduk di serambi masjid karena jamaah yang membludak.

Intan yang sudah berpenampilan terbaik merasa kecewa karena mendapat duduk paling belakang.

"Kamu kenaa tan, Belum saja dimulai sudah cemberut?."

"Iya Mb, masa kita duduknya di belakang. Sia-sia Intan milih pakaian terbaik hari ini, terus, bakalan tidak jadi dapat bonus."

"Iya, salah kamu sendiri. Kenapa dandannya lama sekali. Kalau tadi lebih cepat, kita bisa duduk di paling depan" jawab Pirana.

"Hmm, Iya Mb, maaf."

Sulis dan Bu Hana hanya senyum-senyum melihat tingkah laku Intan yang masih seperti anak kecil.

Tak lama mereka duduk di serambi Masjid, Ceramah Ustads YM dimulai. Ceramah tersebut di bawakan oleh Salim Perdana. Laki-laki tersebut diamanahkan langsung oleh Ustad Husain sebagai Pembawa acara. Ustads Husain ingin melihat kesungguhan Salim untuk kembali hijrah.

Sedangkan dibarisan penonton. Pirana terperangah melihat laki-laki yang sangat ia kenal sebelumnya sedang berbicara di depan sebagai pembawa acara. Dan Intan antusias melihat pembawa acara yang baru pertama kali ia lihat dan telah meluluhkan benteng pertahanan hatinya yang telah lama hancur di makan rayap tanpa ampun. Intan seperti menemukan belahan jiwa yang selama ini dicarinya. Meski laki-laki tersebut jauh lebh tua darinya, tetapi sikap kharismatiknyalah telah mengetuk hati Intan yang comel dan kekanakan tersebut.

Saking terpesonanya, Intan dengan seksama menyimak ceramah ustads YM dan mencatatnya di buka catatan yang telah ia bawa, agar ia bisa bertanya dan berkomunikasi langsung dengan pembawa acaranya. Dan Pirana, ia tak percaya apa yang sedang dilihatnya. Dikucek-kuceknya kedua matanya untuk memastikan orang yang ditangkap oleh retinanya adalah salah. Tapi, meski dikucek beberapa kali. Pembawa acara tersebut adalah orang yang ia kenal.

Saat tiba di sesi pertanyaan. Intan mengangkat tangan dan bertanya tentang hal yang belum jelas menurutnya. Salim sebagai pembawa acara otomatis mengarahkan pandangannya ke arah Intan. Saat melihat kearah Intan yang sedang mengucapkan pertanyaannya, tiba-tiba mata Salim berbelok ke arah sosok perempuan yang sangat ia kenal, begitupun Pira. Tanpa sengaja mata mereka beradu pandang beberapa detik. Pirana langsung beristighfar dan menduduk, pura-pura menulis.

Salim sebagai pembawa acara berusaha untuk bersikap biasa dan mengendalikan suasana acara agar berjalan lancar.

Intan sangat senang, meskipun duduk paling belakang. Ia mendapat kesempatan bertanya dan berbicara langsung pada laki-laki tersebut.

Alhamdulillah, acara hari ini telah berjalan lancar, semoga ilmu yang disampaikan oleh Ustads YM dapat bermanfaat untuk kita. Saya selaku pembawa acara mengucapkan maaf jika terdapat kesalahan selama acara berlangsung dan saya ucapkan terima kasih kepada pembaca yang sempat hadir pada acara ini. Wassalammuˇalaiku Wr Wb, acara ditutup oleh Salim dengan diiringi tepuk tangan penonton.

Jamaah bubar, Sulis dan Bu hana izin pulang duluan. Sedangkan Pira ditahan oleh Intan untuk pulang belakangan. Karena Intan ingin melihat laki-laki tersebut dari jarak dekat, atau berkenalan pun Intan sangat berkenan.

"Tan, Pulang yuk?" ajak Pirana.

"Sebentar Mb, Intan penasaran dengan pembawa acara tadi. Barangkali bisa menyapa dan kenalan."

"Sudahlah Tan, tidak baik perempuan menyapa duluan."

"Kenapa Mb? kan ini di tengah keramaian, bukan di tempat sepi.
Lagipula ada mb yang menemani aku," jelas Intan.

"Lalu, kalau sudah kenalan, kamu mau apa? Ingat Tan, kamu disini mau mendalami ilmu agama."

"Iya Mb, Intan ingat. Tapi kan, sambil menyelam minum air. Ilmu dapat, lelaki idaman juga."

" Ok, memangnya kamu sudah siap dengan jawaban akan masa lalumu?. Bukannya beberapa bulan yang lalu, kamu batal menikah karena lelaki itu tidak terima masa lalumu?."

"Iya Mb, tapi tidak salahnya mencoba."

"Oke, jika memang kamu ingin mengenal laki-laki tersebut, nanti Mb akan bicara dengan Bu Nyai (Istri Ustads Husain) agar bisa diproses.

"Beneran Mb?.

"Iya beneran Tan, ayo Pulang."

"Siap, ayo."

Mereka berdua akhirnya pulang. Dan setelah beberapa meter dari masjid seseorang memanggil Pirana.

"Pirana, Pira, Pira."

Pira mengetahui siapa yang memanggilnya, Ia berusaha pura-pura tidak tahu dan mengajak  Intan mempercepat langkahnya.

To be continued....
Sebelumnya di Part 5

@gudesma_arin
201117
#OdopTantanganCerbung
#Part6

You Might Also Like

1 komentar

  1. selanjutnya di Part 7 : http://gudesmaa.blogspot.co.id/2017/11/pondok-robithoh-pengikat-hati-part-7.html?m=1

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar