Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 9


Dua hari kemudian, tepat di hari jum´at. Penghuni kamar hafshah sibuk membereskan tempat tidur dan lemarinya masing-masing. Hari jum´at adalah hari libur yang diberikan pihak pondok kepada semua santri yang masih menimba ilmu. Kelas bahasa arab, kelas Fiqh, kelas Sirah dan kelas tahfidz, juga kelas-kelas lainnya ditiadakan sementara waktu. Hari jum'at diisi dengan senam bersama juga kerja bakti yang selalu dilakukan di pagi hari.

Rencana Pira untuk bicara dengan Intan secara langsung dan dengan cara yang baik-baik sirna ketika Intan menghampirinya dengan membawa kertas yang berisi biodata Salim Perdana. Intan melemparkan kertas tersebut dihadapan Pira yang sedang bersih-bersih. Kesalahan fatal yang dilakukan oleh Pira adalah kecerobohannya meletakkan biodata tersebut. Sehingga kertas tersebut sampai ke tangan Pira.

Intan bisa menahan emosinya, ia hanya melempar kertas tersebut dan pergi dengan linangan air mata bersamanya.

Pira tertegun, tanpa sengaja ia telah menyakiti saudaranya. Air matanya pun jatuh memandang kertas yang berisi biodata tersebut.

Bu Hana sedari tadi melihat kedua perempuan yang sudah ia anggap sebagai anaknya.

"Sayang, kenapa Intan bersikap seperti itu kepadamu,? tanya Bu Hana kepada Pira.

"Ini salah Pira Bu, Pira telah menyakiti hati Intan." Pira menjawab dengan mata yang terus berkaca-kaca.

"Memangnya, apa yang telah Pira lakukan kepada Intan. Sehingga Intan yang selalu ceria tersebut tiba-tiba marah dan mengeluarkan air mata yang tak pernah Ibu lihat."

"Iya Bu, Pira ceroboh. Silakan Ibu lihat biodota ini." sambil menyodorkan kertas itu.

"Biodata Taáruf. Bukannya ini untukmu? lalu masalahnya dimana? kenapa Intan marah sampai seperti itu."

"Justru itu Bu, biodata tersebutlah  yang membuat Intan marah kepada Pira.

Pira lalu menceritakan semua kejadian dan kesepakatannya dengan Intan. Ia juga mengatakan bahwa hal itu sebenarnya mau dibicarakan dengan intan secara baik-baik dengan mengajak Ibu dan Sulis. Tapi, kelalaian membuat Intan mengetahui semuanya sebelum Pira mengatakannya.

***
Sementara itu, Intan memutuskan menjauh dari Pira. Dia sebenarnya sangat ingin mencaci maki, tapi karena rasa hormat dan sayangnya terhadap Pira. Intan memilih diam dan pergi untuk menenangkan diri.

Intan tidak tahu dengan siapa dia mencurahkan kekesalan, kekecewaan yang sedang ia rasakan. Selama ini Pira yang selalu setia mendengarkan curhatannya, bukan hanya mendengar tetapi memberikan solusi yang membuat Intan tersenyum dan semangat lagi. Tapi hari ini, Intan kehilangan semua itu, orang kepercayaannya telah menorehkan luka yang dalam dalam hatinya. Intan sangat sedih, rapuh. Semua yang terjadi tak pernah ia harapkan terutama dari Mb Pira.

Intan menangis, hingga suara azan mengehentikan tangisannya. Ia pun tersadar bahwa masih ada Allah yang akan menemaninya dalam setiap situasi. Intan pulang ke asrama hanya untuk mengambil sajadah dan mukenah. Sapaan dari Bu Hana ataupun Pira tak disambutnya. Ia pun pergi lagi tanpa meninggalkan sepatah kata.

"Bu, Intan sangat marah sama Pira. Ibu lihat sikapnya yang tidak mau menjawab ataupun tersenyum walaupun sedikit." tanya Pira kepada Bu Hana.

"Iya Pira, kamu sabar. Sapaan Ibu juga tidak dijawab olehnya. Dia butuh waktu untuk berfikir dengan tenang, kita tunggu beberapa hari. Nanti Ibu mencoba berbicara padanya."

"Iya Bu, bantuin Pira. Apakah Pira harus menolak taáruf tersebut Bu dan aku memberikan hak itu kepada Intan."

"Tidak bisa Pira. Pemuda itu menyukaimu, tidak mungkin kamu melempar perasaan seperti itu. Takdir, jodoh dan maut semua sudah diatur oleh Allah. Kita tidak bisa memaksakan kehendak hanya untuk menyenangkan hati orang lain. Kamu harus tetap beristikhoroh, jangan terpengaruh dengan masalah ini. Ibu yakin akan ada jalan keluar yang indah sedang menunggu."

"Lalu, bagaimana dengan Intan bu. Ia masih belum dewasa menghadapi masalah seperti ini. Apalagi masa lalunya yang begitu kelam. Aku takut dia melakukan hl yang tidak diinginkan. Selama ini dia selalu bercerita tentang masalahnya kepada PIra, tapi sekarang Pira adalah sumber masalah untuknya."

"Sudahlah kita serahkan pada Allah, ayo kita sholat dulu. Jangan sampai karena masalah yang sedang dialami kita lupa untuk mengerjakan ibadah wajib. Tetapi, jadikanlah masalah ini sebagai bahan renungan untuk kita dalam bersikap dan tetap menomorsatukan yang MahaKuasa Allah SWT."

"Oke Bu, terima kasih nasehatnya." jawab Pira yang sudah mulai tenang.

Intan masih tidak mau berbicara kepada Pira. Tapi emosinya mulai mereda. Ia pun mau diajak bicara oleh Bu Hana. Namun tetap saja hatinya masih sakit atas perbuatan Pira kepadanya. Rasa kecewa dan sakit hati berhasil merasuki jiwanya yang rapuh sehingga nasehat bijak dari Bu Hana hanya dijawab iya saja. Intan tak memahami apa yang dijelaskan oleh Bu Hana. Dia hanya mengangguk tanda setuju padahal hatinya menyangkal.

Pirana juga terus berusaha membujuk Intan tetapi hasilnya nihil, Intan masih tetap dalam pendiriannya yang tidak mau mendengarkan penjelasan Pira walaupun hanya satu menit.

"Nasi telah menjadi bubur, persahabatan yang erat pun putus hanya karena kesalapahaman. Cinta mampu merubah segalanya. Cinta juga yang menghancurkan pecinta. Cinta tak pernah mau disalahkan, dan cinta tak pernah permisi ketika datang dan pergi. Aku memang masih mencintai pemuda itu, tetapi rasa sayang kepada saudariku jauh lebih penting dari semuanya. Persahabatan yang dibangun dengan kepercayaan takkan mampu dihancurkan oleh kesalahpahaman yang terjadi. Karena kebenaran akan membuka semua yang tersilap dan kasih sayang antara dua saudari akan menghapus gersang yang pernah terserang."

"Disaat aku mulai menata kehidupanku untuk menjadi pribadi yang lebih baik, ujian datang untuk melihat apakah aku sanggup menghadapinya. Saat aku menemukan saudari yang sangat baik, kami malah di uji dengan jarak yang terpisah karena cinta. Yaitu cinta yang semu, hanya cinta seseorang yang belum tentu diridhoi oleh Allah. Hanya perasaan suka pada suatu keindahan. Entahlah, bahkan cinta yang belum bertuan pun mampu merobek hati seseorang yang masih rapuh.
Intan, Mb Pira masih menungu kesiapanmu mendengar semua penjelasan dari Mb."

Pira menuliskan semua perasaanya di atas kertas. Dilipatnya, dan ia selipkan di dalam buku di atas lemari Intan.  Pira berharap kata-kata tersebut mampu membuat Intan mau bicara dan mendengarkan penjelasannya.


To be continued....
Sebelumnya di Part 8
@gudesma_arin
231117
#OdopTantanganCerbung
#Part9

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar