Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 11


Intan masih menunggu di kamar Hafshah. Namun, hari semakin gelap dan tidak ada tanda-tanda kedatangan teman satu kamarnya. Ia menutup jendela, pintu dan merapikan lemari. Saat itulah, di salah satu buku yang ia rapikan, Intan menemukan kertas. Ditarik dan dibacanya perlahan. Kemudian bulir deras dari kedua mata itu jatuh membasahi pipi bulat Intan. Penyesalan dan hanya penyesalan.
Intan masih setia menunggu, sholat magrib dan isya pun telah dilewati. Tetapi, Bu Hana, Pira dan Sulis tidak kelihatan batang hidungnya. Sehingga muncullah pikiran dalam benaknya bahwa mereka telah meninggalkan dirinya sendirian karena sikap buruk yang telah dilakukannya. Namun, Intan berusaha menghilangkan pikiran buruk itu karena dia tidak ingin kembali menyesal dengan sesuatu hal yang belum pasti.

Intan tidak mau menunggu lama lagi. Ia harus tahu apa yang terjadi. Peristiwa hari ini tak pernah terjadi sebelumnya. Ia bergegas keluar dan bertanya ke teman-teman yang tinggal di sebelah kamarnya. Namun mereka juga tidak ada yang mengetahuinya. Hampir semua orang sudah Intan wawancarai tetapi hasilnya tetap sama, tak ada kabar berita dari mereka.

Karena lelah kesana kemari namun tidak ada hasil, Intan kembali ke kamar dan berdoa. "Ya Allah, dimana mereka? tunjukkan aku sedikit jalan untuk bertemu mereka kembali. Aku menyesal telah bersikap tidak baik dan aku ingin memohon maaf kepada mereka. Ya Allah, berilah aku satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya." Rintih Intan dalam doa yang diirigi tangis diwajahnya.  

***

Tiga puluh menit setelah Intan pergi meninggalkan kamar karena mendegar obrolan Pira dan Sulis.

"Pira, hal inilah yang aku takutkan. Peristiwa lama terulang kembali. Aku telah membuat persahabatan kalian hancur." kata Sulis.

"Tidak Sulis, kamu bicara apa? kamu tidak ada sangkut pautnya atas masalah ini. Aku yang salah karena ceroboh." jawab Pira.

"Tapi Pira, apakah kamu masih ingat obrolan kita pertama kali?."

Obrolan yang mana? tunggu, aku ingat-ingat dulu. Aduh, maafkan aku Lis, lupa."

"Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak jadi cerita. kata Sulis." kata Sulit dengan raut wajah yang tampak kecewa.

Sulis menunduk dan berkata lagi.

"Pira, mulai hari ini kita kembali seperti dulu ya. Saat pertama kali bertemu, anggap saja kita adalah dua orang asing. Aku ingin kamu kembali bersahabat dengan Intan. Biarlah aku dalam kesendirian karena duniaku sekarang adalah kesendirian."

"Tidak Sulis, apa yang sudah kamu katakan? aku sudah nyaman berteman dan ngobrol denganmu."

"Pira, tolong dengarkan aku. Aku tidak pantas berteman denganmu."

"Maksudmu Sulis? maafkan aku. Hanya karena aku lupa atas obrolan kemarin, kamu mau memutuskan pertemanan kita."

"Bukan itu alasannya, justru karena aku menyayangimu. Kita harus menjaga jarak. Aku mohon Pira." Sulis mencoba membujuk Pira.

"Tidak, sampai kapanpun kamu tetap temanku. Aku sudah kehilangan Intan dan sekarang aku tak ingin kehilanganmu. Kamu harus mengerti aku Lis."

"Oke Pira, jika kamu tetap dalam pendirianmu. Aku akan keluar dari Pondok Robithoh ini dalam waktu dekat.

"Sulis?" Pira tak percaya apa yang dikatakan Sulis.

"Oke,oke. Aku tak mengerti apa yang sedang kamu pikirkan. Sepertinya akalmu sekarang masih dalam perjalanan sehingga kamu berkata seperti itu."

"Alhamdulillah, terima kasih Pira kamu adalah perempuan yang baik. Saya keluar dulu ya. Assalammu"alaikum." Sulis meninggalkan kamar dengan mata berkaca-kaca. Hal yang ia takutkan masih terus tejadi. Padahal ia ingin sekali move on dari masa lalu.

Sulis bergegas pergi menuju keluar Pondok. Setelah beberapa langkah. Pira memanggil Sulis.

"Sulis, tunggu. Aku sudah ingat tentang yang kamu bicarakan tadi."

Tetapi Sulis tetap melangkahkan kakinya, ia tak menghiraukan panggilan Pira. Dan Pira pun berusaha menyusul. Mereka sudah berada di jalan kecamatan yang ramai oleh kendaraan.

Tiba-tiba, Prakkk. Seseorang yang dikejar oleh Pira hampir saja ditabrak oleh mobil yang ugal-ugalan. Sulis beruntung karena perempuan paru baya telah menyelamatkannya.

"Bu Hana," teriak Pira dari belakang dan bergegas menuju tubuh perempuan itu yang sedang terkulai lemas. Sedangkan Sulis terdiam, Ia syok melihat Bu Hana yang tergeletak di aspal.

"Ya Allah, apa yang telah aku lakukan. Pira, cepat bawa Bu Hana ke rumah sakit."

"Tolong, tolong, tolong."

Pira dan Sulis teriak sekuat-kuatnya supaya ada warga yang menolong mereka.

To be continued....
Sebelumnya di Part 10

Alhamdulillah sudah sampai Part 11, InsyaAllah besok episode terakhir. 
Apa yang akan terjadi dengan Bu Hana? 
Rahasia apa yang sedang disimpan Sulis sehingga menjadi perempuan pendiam?
Bagaimana kelanjutan kisah Pira dan Salim? 
Dan, bagaimana nasib Intan selanjutnya?

Semua jawaban diatas akan terjawab di episode terakhir, Selamat membaca.


@gudesma_arin
251117
#OdopTantanganCerbung
#Part11


You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar