Pondok Robithoh Pengikat Hati Part 2


Keputusan untuk menjadikan Hafshah sebagai nama kamar mereka adalah hal yang tidaklah mudah. Banyak pertimbangan yang harus mereka pikirkan. Bukan hanya memberikan label nama tanpa ada arti, tetapi harus penuh makna dan memberikan pengetahuan baru bagi yang mendengarnya.

Bu Hana, perempuan paling senior itu ditunjuk sebagai leader yang mengatur diskusi santai dengan mengangkat tema pemberian nama kamar. Sesekali terjadi perdebatan antar mereka demi mendapatkan nama yang baik dan penuh arti dalam ruangan yang belum bernama tersebut.

"Saran saya lebih baik kita beri nama bunda Khodijah. Perempuan yang pertama kali masuk islam dan membenarkan kerosulan nabi Muhammad, istri yang paling dicintai Rosulullah, dan hartanya yang digunakan di jalan dakwah" jelas bu Hana setelah membuka diskusi.

"Maaf bu, saya kurang setuju karena nama tersebut sudah sering dipakai oleh kelompok atau komunitas, nanti nama tersebut sama dengan usulan kamar yang lain. Maka kita harus cari nama lagi dong?" sanggahan Intan gadis paling cantik di antara mereka.

"Lalu, siapa? silakan usul dan beri alasannya" jawab Ibu Hana.

"Fatimah, Fatimah Azzahra, Putri kesayangan Rosulullah..." jelas Sulis dengan penuh semangat. Si pendiam itu memberikan pendapat. Seketika ketiga perempuan lainnya melongo tak percaya.  Bu Hana memperhatikan dengan seksama gerakan bibir sulis yang terus ngoceh menjelaskan secara detail kisah dari Fatimah Az-zahra Putri Rosulullah. Dan Pirana juga tak percaya apa yang ia alami saat itu, beberapa saat tangannya reflek mencubit tangan Intan yang berada disampingnya hingga Intan berteriak aduh, sehingga Sulis berhenti bercerita.

"Mb Pira apa apaan, sakit tau..." kata Intan dengan muka cemberut.

"Eh... maaf de, Mb reflek. Soalnya cerita Sulis yang begitu lancar dan mudah untuk dimengerti adalah kejadian langka, biasanya ia hanya menjawab iya, tidak, bukan, dan kata-kata singkat yg sulit dimengerti" jawab Pirana.

"Huuu... Mb pirana lebay. Mb saja yang tidak perhatian, Intan sering diam-diam lihat Mb Sulis bercerita sendiri di bawah pohon setelah sholat asar. Iya kan Mb Lis?" tanya Intan.

"Hehehe Iya,  jawab Sulis". Jawaban singkat tanpa penjelasan apapun lagi.

"Iya saja, tidak ada penjelasan lain gitu?" kata Pirana.

"Ok, cukup ya adik-adik yang cantik, solehah dan rajin menabung, kita kembali ke pembahasan awal."

"Siap, Intan langsung menanggapi saran dari Mb Sulis ya?, menurut Intan, Fatimah juga sama dengan bunda Khodijah. Sudah banyak dikenal oleh perempuan muslim dan kemungkinan besar akan digunakan oleh kamar lain juga."

"Lalu siapa? kamu ada saran?" jawab Ibu Hana.

"Tidak ada bu" jawab Intan senyum-senyum.

"Terus, untuk apa kamu tidak setuju jika tidak bisa memberi solusi."

"Bukan tidak bisa memberi solusi, hanya saja sekarag masih mikir bu. Mb Pira barangkali sudah dapat idenya" colek Intan ke tangan Pira.

"Hhhmmmm, apa ya? bagaimana kalau salah satu istri Rosulullah selain bunda Khodijah dan Aisyah, dijamin jarang sekali digunakan. Mungkin juga banyak yang tidak mengenalnya. Jadi, jika kita memakai nama salah satu dari mereka maka secara tidak langsung kita telah mengenalkan istri Rosulullah lainnya kepada teman-teman kamar yang lain. Bagaimana?" terang Pira.

"Aku setuju," jawab Intan.

"Tumben kamu setuju Tan," kata Ibu Hana.

"Iya Bu, ide mb Pira memang cemerlang, barusan saya mau bicara itu tapi sudah keduluan mb Pira hehhe...," ucapnya cengengesan.

"Dasar anak nakal," jawab Bu hana dengan senyum senyum. Lalu kembali melanjutkan diskusi.

"Ok, sebelum masuk ke pemilihan. Ibu tanya dulu, apakah kalian setuju jika kamar kita akan diberi nama dengan nama salah satu istri Rosulullah selain bunda Khodijah dan Aisyah?."

"Setuju," jawab mereka berbarengan.

"Oke, sebelumnya. Kita akan mendaftar nama-nama istri Rosulullah, ada yang hafal?."

"Intan?."

"Tidak tahu bu, cuma tahu sama bunda khodijah dan Aisyah, itupun belum sempat kenalan." Lagi-lagi Intan cengengesan.

"Pirana hafal nama-nama istri Rosulullah?."

"Iya InsyaAllah Bu, tapi kisahnya tidak terlalu hafal.
Pertama, bunda Khodijah binti Khuwailid, Saudah binti Zum'ah, Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Hafshah Binti Umar bin Khaththab, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Salamah Hndun binti Abu Umayyah, Zainab binti Jahsy bin Rayyab, Juwairiyah binti Al-Harits, Shafiyah binti Huyai bin akhthab, dan maimunah binti Al Harits dan masih ada beberapa yg saya lupa." Pirana berhenti dan menghela nafas.

"Owhhh, istri Rosulullah banyak juga," ucap Intan.

"Intan..." bu Hana menegurnya.

"Maaf bu," jawab Intan singkat.

"Iya, tetapi hanya Siti Khodijah yang tidak dimadu hingga bunda Khodijah meninggal." Sulis  memberikan komentarnya.

"Great, sulis benar," sahut Pirana. "Bunda Khodijah satu-stunya istri Rosulullah yang tidak dimadu. Rosulullah menikahi Saudah istri keduanya setelah wafatnya Bunda Khodjah lalu setelah itu Rosulullah menikahi Aisyah binti Abu Bakar, saat itu Aisyah masih berumur 6 tahun dan baru menjalani hidup bersama Rosulullah saat usia 9 tahun. Aisyah adalah satu-satunya gadis yang dinikahi Rosulullah," jelas Pirana.

"Lalu, menurut kamu nama yang bagus untuk kita jadikan nama kamar kita, siapa Pir?" tanya bu Hana.

"Hafsah Bu," dengan wajah sumringah.

"Kenapa Hafsah Pir?."

"Hafsah adalah putri dari Umar bin Khattab yang menikah dengan Rosulullah setelah suaminya Khunais bin Hudzafah as-Sahami gugur dalam Perang Badar. Hafshah merupakan perempuan ahli ibadah dan suka berpuasa, Dari Anas r.a. berkata, Rosulullah SAW bersabda, "Jibril berkata, 'Wahai Muhammad, rujuklah dengan Hafshah, karena sesungguhnya dia perempuan yang ahli puasa dan ahli ibadah.' ""

"Maaf kak, maksudnya rujuklah dengan hafsah? berarti Rosulullah sempat berpisah dengan Hafsha?" tanya Intan penasaran.

"Iya benar dek, sebagian riwayat menyatakan Rosulullah bermaksud menceraikan Hafshah setelah ia membuka rahasia Rosulullah yang harusnya ia tutup rapat-rapat. Lalu jibril mendatangi beliau dengan maksud memerintahkan Rosulullah untuk mempertahankan pernikahannya dengan Hafshah. Kemudian Rosulullah mempertahankan pernikahannya karena Hafshah sangat menyesali perbuatannya tersebut."

"Lalu apa lagi keistimewaan Hafsah?" tanya Intan lagi.

"Ada satu hal, karya besar Hafshah bagi umat islam sampai saat ini yang tetap kita rasakan adalah terkumpulnya Alquran dalam bentuk mushaf. Pada masa Rosulullah, Alquran terjaga dalam dada dan dihafal oleh para sahabat untuk kemudian dituliskan kepada pelepah-pelepah kurma, kulit, tulang belulang yang tidak terkumpul dalam satu kitab khusus."

"Kemudian pada masa kempemimpinan Abu Bakar, selepas Rosulullah wafat. Para penghafal Alquran banyak gugur dalam peperangan Riddah (peperangan melawan kaum murtad). Karena kondisi tersebut Umar Bin Khaththab mendesak Abu Bakar untuk mengumpulkan Alquran yang tercecer. Awalnya Abu Bakar sempat khawatir untuk mengumpulkan Alquran dalam satu kitab dikarenakan hal itu merupakan sesuatu yang mengada-ada dan tidak pernah dilakukan di zaman Rosulullah. Tetapi karena desakan Umar bin Khaththab, Abu bakar lalu memerintahkan Hafshah untuk mengumpulkan Alquran sekaligus menyimpan dan memeliharanya karena Hafshah adalah satu-satunya istri Rosulullah yang pandai membaca dan menulis. Mushaf asli Alquran itu berada di rumah Hafshah hingga ia meninggal" jelas Pirana panjang lebar.

"MasyaAllah Pirana, Ibu setuju jika kamar kita diberi nama Hafshah agar kita dapat meneladani beliau untuk lebih rajin ibadah dan suka berpuasa," kata bu Hana yang sedari tadi menyimak penuturan Pirana.

"Iya, aku juga" jawab Intan.

"Sulis, bagaimana?" tanya bu Hana.

"Iya Bu, Sulis juga setuju."

"Alhamdulillah, akhirnya kita telah menyelesaikan misi kita hari ini. Jadi keputusannya Hafshah adalah nama baru dari kamar kita," tutur bu Hana dan dilanjutkan dengan menutup diskusi.


To be continued....
Sebelumnya di Part 1

@gudesma_arin
161117
Cerbung_eps2
#OdopTantangan

You Might Also Like

1 komentar

  1. Baca juga Part 3 di : http://gudesmaa.blogspot.co.id/2017/11/pondok-robithoh-pengikat-hati-part-3.html?m=1

    BalasHapus

Terima kasih telah meninggalkan komentar