Ahmad Rifa'i Rif'an, Penulis Muda dengan Judul Buku yang Sering Sensasional

Sumber Gambar : Fanpage Fb Ahmad Rifa'i Rif'an


Ada yang mengisi hari dengan beragam kontribusi.  Namun ada pula sekelompok manusia yang hidupnya hanya memperjuangkan kesenangan dan kebahagiaan diri sendiri. Tak penting mereka siapa. Yang lebih penting, kita yang mana?.

Kita yang mana? Dalam salah satu buku karyanya "Hidup Sekali,  Berarti,  Lalu Mati". Begitulah penulis menyampaikan pemikirannya dengan bahasa sederhana, mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Ia mengajak kita merenungi kehidupan, apakah hanya sebatas mencari kesenangan diri atau termasuk orang yang penuh kontribusi.

Pemuda yang berasal dari keluarga sederhana ini sebenarnya tidak pernah bercita menjadi seorang penulis. Cita-cita awalnya adalah menjadi seorang ulama, keinginan untuk menyebarkan ilmu agama begitu besar tertanam dalam benaknya. Sehingga setelah lulus Sekolah Dasar, keinginan terbesarnya adalah masuk Pesantren.

Akan tetapi takdir berkata lain, keinginannya masuk pesantren saat SMP pupus ditengah jalan karena ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi. Lalu ibu dan adiknya tinggal bersama ayah tirinya,  sedangkan ia harus tinggal dengan neneknya yang hidup sendiri.  Saat SMP cita-citanya berubah, ia ingin menjadi seorang guru yang bermanfaat bagi banyak orang. Dan SMA cita-citanya pun kembali berubah, ia ingin menjadi seorang insinyur karena nilai pelajaran eksak di sekolahnya sangat bagus, ia pun pernah menjuarai olimpiade Fisika. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan tinggi di ITS jurusan Teknik Mesin.

                                               Sumber Gambar : Koleksi Pribadi

Pada Pendidikan Perguruan Tingginya, ia mendapatkan beasiswa : kuliah gratis, mulai dari biaya masuk,   SPP,  sampai kebutuhan sehari-hari. Di pertengahan kuliah ia mulai berfikir, jika hidupnya dibiaya. Potensinya bakal terkubur dan akan selalu ketergantungan. Karena hal tersebut ia berfikir keras, memutar otak untuk membuka usaha agar lepas dari ketergantungan beasiswa.

Sampai suatu hari ia membuat blog yang terinspirasi dari salah seorang dosen ITS yg sedang kuliah di Taiwan saat itu. Entah karena apa, ia bisa nyasar di blog dosennya tersebut. Semenjak memiliki blog sendiri, ia termotivasi untuk menulis setiap hari. Hingga suatu hari ada penerbit yang tertarik pada artikel yg ia posting dan menawarkan untuk diterbitkan menjadi sebuah buku. Akan tetapi, ia tak langsung mengiyakan tawaran tersebut karena ia pernah terpikir untuk membuat usaha sendiri.

Dengan bermodal keyakinan, ia pun memberanikan diri membuka jasa penerbitan yang diberi nama "Marsua Media" yang tetap eksis sampai saat ini. Dari sinilah ia menerbitkan buku pertamanya "9 Rahasia Doa lulus ujian" yang ia pasarkan sendiri, ditawarkan ke sekolah-sekolah yang memang lagi momentumnya mendekati ujian. Tanpa disangka buku pertamanya mendapat sambutan baik bagi pembaca, hingga sampai ke luar negeri dan sudah diterjemahkan dalam bahasa lain.

Salah satu keunikannya adalah, ia tergolong berani dalam memberikan judul pada setiap buku yg ia tulis. Judul yang membuat pembaca semakin penasaran dan memutuskan untuk membeli karyanya. Misalnya buku "Tuhan, Maaf Kami sedang Sibuk" adalah salah satu buku yang judulnya sensasional. Hingga kini buku ini menjadi bukunya yang paling tebal, mahal,  dan penjualannya terbesar hingga saat ini. Selain itu, pernah seorang kristiani yg membaca buku karyanya sangat terkesan dan termotivasi, padahal buku tersebut sangat kental dengan nuansa islami.

Ia adalah Ahmad Rifa'i Rif'an penulis muda yang telah menghasilkan berpuluh-puluh karya yang sebagian best seller di saat usianya kepala dua.


Alhamdulillah, tulisan ini dibuat untuk menjawab tantangan ODOP pekan ke-5.
@gudesmaa21
Oktober 2017

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar