Ayah, Ibu, Jangan Ajarkan Aku Berbohong

Sumber Gambar : sekolahcinta.com

Anak adalah titipan Tuhan kepada dua orang yang mulia yang kita sebut Ayah dan Ibu. Setiap kita tentunya pernah merasakan rasanya menjadi anak. Bagaimana keinginan kita selalu dipenuhi oleh kedua orang tua. Kasih sayang yang tak pernah lepas dari pelukan hangat mereka. Nasehat seringkali terucap dari mulut mereka yg tak bosan diberikan kepada kita. Juga doa yang terus mengalir disetiap saat agar anaknya menjadi manusia yang baik dan bermanfaat.

Ayah, Ibu, tak pantas aku mengeluh atas apa yang kudapat dari kalian. Tak pantas aku membandingkan kehidupanku dengan sahabat-sahabat yang mungkin lebih beruntung dariku. Tak pantas juga aku menyesal telah terlahir dikeluarga kalian. Dan mungkin juga tak seharusnya aku menuliskan hal ini.
Namun, sejujurnya tulisan ini terkhusus alarm pribadi untuk menyambut peran baruku kelak yaitu peran seperti kalian, menjadi orangtua.

Dari pengetahuanku selama menjadi anak juga dari nasehat-nasehat yang pernah didengar oleh telinga, aku memperoleh beberapa hal yang berpotensi membuat anak menjadi seorang pembohong.
1. Memanggil anak dengan memberikan harapan akan diperoleh hadiah.
Hari minggu pagi adalah waktunya anak-anak duduk rapi didepan TV untuk menonton kartun kesayangannya. Ketika asyik menonton, terdengar suara yang memanggil. "Nak, kesini sebentar". Panggilan pertama, si anak acuh seolah tak mendengar apapun. "Nak, kesini sebentar" suara Ibu mulai mencapai volume tinggi. Iya Bu, jawab anak. Tetap konsentrasi menonton TV.

Karena si anak tak kunjung datang, Ibunya mengulangi panggilan dengan menambah redaksinya sedikit. "Nak, kesini dulu. Ibu ada sesuatu untukmu" panggil Ibu untuk ketiga kalinya. Mendengar kalimat terakhir Ibunya dan berharap aka mendapatkan hadiah, si anak pun bergegas menuju Ibunya. "Siap Bu, mana hadiahny?". "Hadiah apa?, ayo bantu Ibu memindahkan lemari ini". Jawab Ibu sekenanya. " Ibu bohong, tadi Ibu bilang mau memberi sesuatu" jawab anak dengan wajah yang muram karena di phpin sama ibunya.

Dari cerita singkat diatas, tanpa disadari orang tua telah mengenalkan kebohongan pertama kepada anaknya.

2. Berjanji hanya untuk menyenangkan hatinya
Dalam perjalanan di salah satu pusat perbelanjaan seorang ayah menggandeng anaknya dengan erat. Mata si anak tak pernah lepas dari setiap sudut Mall yg baru pertama kali ia kunjungi. Tiba-tiba ia menangkap sesuatu yang menarik dan ingin dibawanya pulang. "Yah, ana mau beli boneka besar itu" kata si anak manja pada ayahnya. "Boleh, tapi tidak sekarang. Ayah janji, bulan depan akan Ayah beliin boneka yang besar seperti itu, bahkan yang lebih besar dari itu. Oke" jawab Ayah untuk menyenangkan hati anaknya.

Satu bulan kemudian, si anak menagih janji sang Ayah. Tetapi si Ayah mengiyakan saja tanpa ada bukti nyata. Dan bulan berikutnya, si anak kembali menagih, tetapi Ayah selalu saja ada alasan untuk menunda. Bulan berganti bulan, si anak pun tak mendapatkan apa-apa kecuali alasan demi alasan agar tidak membeli boneka. Sampai akhirnya si anak bosan untuk menagih janji tersebut.

Kasus di atas dapat kita ambil dengan kebohongan kedua yang diterima anak. Bukan hanya kebohongan. Anak pun kehilangan rasa kepercayaan terhadap ayahnya sehingga lamban laun anak tidak akan bercerita tentang keinginannya lagi kepada kedua orangtuanya. Maka, bukan tidak mungkin ia akan mencari sosok yang mampu memenuhi keinginannya.

3. Melarang Tanpa Alasan
Over Protectif, terlalu melindungi. Sikap seperti ini mungkin pernah dirasakan setiap anak. Karena pada dasarnya orangtua menginginkan anaknya berada dijalan kebaikan. Oleh karena itu seringkali mereka melarang anak untuk mengerjakan apa yg diinginkannya dan melarang tanpa menjelaskan alasan dibalik larangan yg diberikan. Karena itu, anak akan mencari jawaban sendiri. Sehingga bukan tidak mungkin jawaban yang didapat akan berakibat fatal dan menyebabkan anak melanggar larangan orangtua. Karena hal inilah terkadang anak akan mulai berbohong dengan diam-diam melakukan hal yang diangggapnya benar.

Wahai Ayah dan Ibu diluar sana, anak adalah titipan Tuhan, tak seharusnya kalian perlakukan ia seperti didalam penjara, menghalangi potensinya, menghambat kreatifitasnya, atau memaksakan kehendakmu padanya. Ia juga calon orangtua seperti kalian yang berhak belajar apa saja, mendapat ilmu yang banyak, berbagi kepada orang lain, juga menjalani kehidupan sosial seperti masyarakat pada umumnya.

Sebagai orangtua seharusnya kalian memberikan pondasi yang kokoh kepada buah hati kalian, pondasi yang kokoh itu adalah agama. Jika seorang anak sudah mengerti dan paham arti kebaikan juga keburukan. Biarkanlah mereka mengembangkan sayapnya demi meraih kehidupan masa depan mereka kelak tanpa kalian. Dan sesekali ingatkan mereka agar tak terjerumus kedalam kesesatan serta doakan terus agar anak selalu berada dijalan kebaikan.


Semoga bermanfaat,  terkhusus untuk pengingat diri.
22 Oktober 2017
@gudesmaa21


You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar