Bukan Demi Aku atau Mereka, Tapi Hanya Karena Allah



Memposisikan diri kita sebagai sebab bagi seseorang untuk melakukan perbaikan diri bukanlah kebaikan. Bahkan boleh jadi, kita masuk kategori mendudukkan diri sebagai tandingan bagi Allah dalam niat seseorang. Jangan pernah katakan "Demi aku, lakukan hal ini!". Betapa tercelanya kalimat ini.

Astaghfirullah, setelah membaca petikan kalimat di atas dalam buku Salim A. Fillah yang berjudul "Agar Bidadari Cemburu Padamu". Aku tersentak membacanya, memutar kembali masa lalu. Mengingat-ingat apakah diri ini pernah bersikap tercela seperti itu. Ampuni kami Ya Allah.


Yang dimaksud dalam hal ini adalah ketika kita menyuruh seseorang melakukan sesuatu dengan sedikit memaksa, hingga tercetuslah kalimat yang tercela tersebut. Yang sering melakukan hal ini biasanya orangtua atau guru. Karena mereka yang berperan sebagai pendidik biasanya sangat keras dalam didikannya. Dan tanpa disadari ia menjadikan dirinya sebagai tandingan Tuhan. Demi aku, demi aku. Dan kalimat-kalimat lainnya.

Tak jarang juga, anak atau murid yang takut kepada guru atau orangtuanya dengan terpaksa menuruti apa yang diperintahkan oleh orang yang lebih tua darinya. Alhasil setelah jauh dari guru atau orangtua, ia melanggar perintah karena alasannya untuk berbuat baik jauh dari mereka. Padahal Allah selalu mengawasi gerak-gerik hamba-Nya. Tanpa disadari oleh anak, ia telah melupakan penciptanya dan lebih takut kepada guru atau kedua orangtuanya.

Semoga kita yang sedang berperan sebagai sosok yg dikagumi, dihormati serta dipatuhi. Terkhusus  orangtua, guru, penulis dan lainnya. Mungkin pernah terbesit dalam benak. "Karena saya,  Si A menjadi sukses seperti sekarang". "Karena saya,  Si B dapat melantunkan ayat suci Alquran dengan sangat indah" serta kalimat-kalimat yang semacam ini. Sungguh kalimat yang tak pantas kita ucapkan. Karena perubahan seseorang adalah kehendak Allah, kuasa-Nya yang tak pernah kita tahu. Kita hanya kebetulan menjadi perantara hijrahnya seseorang.

Pun kepada mereka yang menjadikan orang yang mereka suka atau cintai sebagai jalan hijrah. Melakukan perbaikan diri hanya karena ingin mendapatkan sesuatu atau mendapatkan cinta seseorang. Sungguh, niat ini dapat menjerumuskan kita dalam mendudukan orang yang kita cintai tersebut sebagai tandingan Allah, jika memposisikan diri sebagai tandingan Allah merupakan hal tercela berarti memberikan posisi kepada seseorang sebagai tandingan Allah juga tak pantas untuk dilakukan.

26 oktober 2017
@gudesmaa21

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar