Ujian rasa untuk Aliya Part 3





Dalam rangka memeriahkan hari Pendidikan nasional, Fakultas mengadakan seminar dengan tema  "Pentingnya Pendidikan tinggi untuk membentuk moral pemuda Indonesia". Aliya diamanahkan menjadi moderator dalam acara tersebut, dengan semangat dan ceria Aliya bersiap  siap  menuju gedung serbaguna untuk latihan sebelum acara dimulai. Aliya memang berbakat dalam Publik Speaking, sudah beberapa kali ia menjuarai lomba Pidato ataupun debat antar kampus ataupun antar daerah. Meski sudah berpengalaman dalam berbicara di depan umum, Aliya tetap berlatih agar penampilan yg ia berikan sempurna dan tidak mengecewakan panitia maupun penonton.

Waktu sudah menunjukkan Pukul 09.00, Aliya bersiap naik panggung lalu membuka acaranya dengan mengajak penonton mengucapkan Bismilah. Acara demi acara ia bawakan dengan sempurna, tetapi pada saat ia memanggil pembicara terakhir, alangkah terkejutnya Aliya bahwa Mr X yang ia kagumi itu adalah pengisi acaranya. Ya, akhirnya Aliya mengetahui bahwa dia bernama Iwan, jelas tertulis didraft acara. Namanya Iwan dan lebih dikenal dengan nama kak Iwan, begitulah orang-orang memanggilnya. Kak Iwan menjadi pembicara karena dia adalah kandidat beasiswa doktoral yg diadakan oleh kampus untuk beasiswa berprestasi. Kampus mempercayakannnya menjadi pembicara agar semakin banyak mahasiswa yg termotivasi untuk melanjutkan kuliah yg lebih tinggi tanpa melupakan moralnya sebagai manusia.

Selesai acara, Aliya menemui Kak Iwan dan mengajaknya berkenalan, kesempatan emas yang tidak ia lewatkan sedikipun. Kak Iwan menyambut  baik perkenaan itu, ia rupanya juga kagum atas penampilan Aliya dipanggung. Aliya tersipu malu mendapat pujian dari orang yang ia kagumi itu.

Hari keberuntungan bagi Aliya karena senin ceria telah memberikan aura baru yg mampu membentangkan sayap semangatnya kembali. Setelah berhari-hari ia seperti pungguk yang merindukan bulan. Mimpi untuk mengenal atau sekadar menyapa lewat senyuman telah ia dapatkan hari itu. Hari itu menjadi sejarah baru untuk Aliya, sepertia biasa ia menuliskannya dalam Diary rahasianya.

Oleh karena  sifatnya yang ramah pada semua orang, membuat kak Ian dan Aliya semakin akrab sehingga tak jarang mereka terlihat ngobrol berdua di depan keramaian. Aliya sangat senang dengan kehadiran Kak Iwan, banyak hal yang bisa ia diskusikan dan banyak ilmu yg didapatkan serta membuat ia semakin rajin lagi dalam beribadah karena seringkali kak Iwan menyelipkan pesan-pesan dalam setiap obrolan.

Dengan mengenal Kak Iwan pengetahuan Aliya semakin bertambah dan ia berencana untuk ikut dalam komunitas membaca dan menulis yg dirintis oleh Kang Iwan bersama teman-temannya untuk anak-anak yatim dan jalanan disekitar kampus mereka. Pesona Kak Iwan tak bisa lepas dari penglihatan Aliya. Rasa yg tertanam pun mulai subur dan meekah menjadi sebuah perasaan lain yaitu cinta.

"Hen, kamu tau gak komunitas MenLis yg ada didekat kampus itu?"
"iya tahu, kenapa?"
"gabung yuk, aku sudah gabung beberapa minggu tapi kebanyakan anggotanya cowok"
"iyalah banyak cowok... namanya juga MenLis, kalo womenLis baru banyak cewek Hehehe"
"huu,, tapi cewek boleh ikut juga kok, untuk sekarang baru ada 5 orang ceweknya,  tapi gx ada yg seperti kamu Hen, yg bisa aku jahili" kata Alia.
"memangnya apa manfaat yg aku peroleh jika ikut komunitas? "
"yah, banyaklah selain menumbuhkan minat baca dan menulismu, disana juga dibiasakan untuk  berbagi  kepada aak-anak yg tidak beruntung".
"hmmm... oke deh,,, aku cek jadwal dulu, soalnya kegiatan LDK juga banyak Al".
"okk,,, dasar anak LDK,,, kegiatan mulu".
"ehehhe,, Alhamdulillah Al, selagi kita dberikan banyak waktu luang , apa salahnya kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Aliya semakn aktif dalam kegiatan MenLis dan ia semakin akrab dengan anak-anak yg tergabung disana, harus diakui Aliya anak-anak di Menlis dapat mengubah semangatnya membara lagi. walaupun Heni tidak ikut bergabung karena jadwalnya bersama LDK tidak bisa diganggu, disana ia menemukan teman-teman baru yang satu hobi dengannya dan ia sangat nyaman dalam komunitas tersebut.

Kedekatan yang terjalin antar aliya dan Kak Iwan dianggap aliya sebagai lampu hjau. ia berfikiran bahwa Kak Iwan juga menyukainya. Aliya terus berfikir tentang itu dan hal apa yang harus ia lakukan. diam dengan ketidakpastian atau berusaha mengungkapkan perasaannya dengan cara yang baik. Aliya pusing bukan main akan perasaannya itu.

Mentari pagi cerah begitu teriknya,  tak tahu ia mendungnya perasaan hati yg sedang dialami Aliya. Kegundahan yg sulit untuk ia jawab sendiri membuatnya mulai mencurahkan isi hatinya,  dan meminta pertimbangan Heni,
"Hen, aku lagi suka sama seseorang? "
"apa?  Sama siapa?" Jawab Heni melongo
"sama seseorang,  menurutmu gimana? "
"gimana apanya"?
"ya,  gimana cara aku untuk mendapatkannya?"
"Apa-apaan kamu Al,  bukannya kamu sudah tidak mau lagi pacaran? "
"iya benar,  tapi kan ini orangnya spesial. Dia jauh lebih baik dari Dodi dan ia juga sepertinya soleh".
"Hah,  Soleh??  Kalau memang Soleh, gak mungkinlah ia mau mengajak anak orang kejalan yg penuh ketidakpastiaan"
"ihh Heni,  sok tahu kamu" jawab Alia ketus.
"bukan begitu Al,  aku cuma ingin agar kamu tetap istiqomah dengan jalan yg telah kamu tempuh selama ini. Masa hanya gara-gara orang asing yg baru kamu kenal, kamu robohkan benteng pertahanan dalam hatimu" jelas Heni.
"terus aku harus apa?.
"kamu harus meyakinkan dirimu dulu Al,  ""cinta memang fitrah, tapi cinta sebelum waktunya termasuk dari sebuah ujian.
Jika tak mampu mengendalikannya maka akan masuk perangkap tapi jika mampu mengaturnya maka akhirnya adalah sebuah keindahan" Jelas Heni lagi.
"waw,  darimana kamu dapat kata-kata itu Hen?".
"dari pengajian kemarin,  saat kamu gak ikut, disana dijelaskan bagaimana caranya agar kita mampu mengendalikan cinta yg datang sebelum waktunya"
"gimana-gimana?, kasih tahu dong".
"nanti aja yah,  Mb Rini lebih mampu menjelaskannya, kita tunggu Mb Rini pulang.
"huuuu" Alia pergi menuju kamarnya.

To be continued
Lihat Part 2 disini : http://gudesmaa.blogspot.co.id/2017/10/ujian-rasa-untuk-aliya-part-2.html?m=1

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah meninggalkan komentar